Suara.com - Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengecam penutupan kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem timur [?] oleh Israel.
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri MUI Muhyiddin Junaidi menyebut, penutupan masjid suci tersebut dilakukan karena Israel merasa di atas angin di hadapan negara-negara Arab.
"Ini karena Israel merasa di atas angin sejak konflik tahun 2011, sehingga Israel semakin berani untuk melakukan hegemoni melebarkan sayap dan melakukan ekspansi wilayah," ujar Muhyiddin di Kantor MUI, Jalan Proklamasi, Jakarta, Kamis (20/7/2017).
Bahkan, kata dia, Israel telah membuat terowongan di bawah Masjid Al Aqsa dan sudah digunakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk melakukan rapat.
Baca Juga: Usai Salat Isya, Imam Besar Masjid Al Aqsa Ditembak Polisi Israel
Tak hanya itu, Muhyiddin menambahkan, Israel memiliki tujuan untuk menguasai kawasan Al Quds dan akan memindahkan ibukotanya ke Yerusalem.
"Proyeksinya, Israel ingin menguasai Al Quds Al Syarif (Masjidil Aqsa) dan memindahkan semua kedutaan besar, serta ibu kota negaranya ke Yerusalem. Kedutaan Besar Amerika konon sudah siap-siap pindah," klaimnya.
Situasi di Yerusalem timur kembali memanas setelah Unesco mendaulat kota tua tersebut berikut kompleks Masjid Al Aqsa sebagai warisan dunia milik Palestina.
Ketetapan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu membuat Israel murka. Mereka lantas menyiarkan klaim sebagai pemilik tunggal seluruh wilayah kota tua Yerusalem.
Klaim kepemilikan tunggal atas Yerusalem tersebut juga merupakan respons termutakhir Israel, setelah tiga pria bersenjata menyerang dua polisi Israel di kompleks masjid itu.
Baca Juga: 4 Ketua Umum Parpol Sudah Jadi Tersangka KPK, Ini Daftarnya!
Sejak Sabtu (15/7) pekan lalu, Israel menutup kompleks masjid tua itu dari warga Palestina. Namun, Israel akhirnya kembali membuka akses ke masjid itu meski tetap memasang detektor logam dan kamera pengawas yang ditolak warga Palestina.