Berinda kemudian menceritakan pengalaman menghadapi anak-anak berkebutuhan khusus. Mereka umumnya pintar, tetapi memang punya kekhususan. Menghadapi mereka, katanya, memerlukan kesabaran, apalagi dalam hal pelajaran.
''Hadapinnya harus dengan penuh kesabaran. Memberi pelajarannya juga yang monoton. Misalnya dalam satu minggu, kita hanya kasih dua pelajaran untuk mereka pelajari, dan diajari secara berulang-ulang,'' katanya.
Ketakutan tak hanya dirasakan orangtua, anak-anak berkebutuhan khusus juga terkadang mengalami ketakutan.
''Iya, kadang ada rasa takut. Itu pun takutnya karena situasi baru, belum terbiasa. Biasanya juga pas hari pertama sekolah,'' kata dia.
Membimbing anak-anak berkebutuhan khusus, kata Berinda, membutuhkan perjuangan ekstra.
''Iya kadang capek, apalagi kalau mereka sedang aktif-aktifnya. Terus kadang juga kan mereka mood-moodan belajarnya. Kalau moodnya lagi nggak bagus, susah,'' katanya.
Walau memiliki kebutuhan khusus, kata Berinda, anak-anak tersebut memiliki kelebihan yang mungkin tidak dimiliki anak lainnya.
''Kelebihan mereka ya, mereka tahu mana orang yang bener-bener mengasihi atau sayang sama mereka sih,'' ujar Berinda. [Sarah Andinie]