Farhan Anak Jenius Gunadarma Jadi Korban Bully, Buka Mata Publik

Selasa, 18 Juli 2017 | 06:35 WIB
Farhan Anak Jenius Gunadarma Jadi Korban Bully, Buka Mata Publik
Solidaritas dukung Farhan, mahasiswa Gunadarma [suara.com/Bowo Raharjo]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Kalau empati mereka baik, mereka akan lebih care terhadap situasi teman yang berkebutuhan khusus," katanya.

Dukungan moral

Farhan, mendapatkan dukungan moral dari teman-temannya. Mereka mengumpulkan tanda tangan di atas spanduk di depan rektorat kampus D, Jalan Margonda, Depok.

Farhan merupakan mahasiswa semester II, angkatan 2016, jurusan Sistem Informasi di Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, yang berkebutuhan khusus atau autis. Aksi pengumpulan tanda tangan bertema "Support untuk Farhan" #stopbullying #Farhanadalahkita.

Spanduk yang digelar sepanjang sekitar 4 X 1 meter. Kelompok yang menyelenggarakan aksi adalah komunitas akun media sosial Instagram bernama The New Bikin Gregetan.

Seperti diketahui kasus tersebut menjadi perhatian setelah akun @thenewbikingregetan ikut memviralkan video yang merekam Farhan dibully tiga temannya.

Anggota tim The New Bikin Gregetan, Adam Deni, mengatakan sebelum aksi di kampus D, dia dan teman-temannya meminta dukungan dari mahasiswa Gunadarma di kampus E, Kelapa Dua.

"Ini buat support aja ke Farhan, kita kasih Farhan semangat lagi untuk menjalankan kuliah, nggak takut sama orang di sekitarnya," kata Deni kepada Suara.com di kampus D.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Deni, Farhan sering mendapatkan perlakuan tak menyenangkan dari rekan-rekannya. 

"Ini efek positif juga buat dia. Saya dengar informasi Farhan sering di-bully," kata dia.
 
Setelah aksi pengumpulan tanda tangan selesai, spanduk tersebut akan diserahkan kepada Farhan. 

"Yang pasti ini tetap kita berikan. Soalnya Farhan mau kita angkat (sebagai anggota) TNBG juga, buat cerita-cerita pengalamannya," kata Deni. 

Kasus bully terhadap Farhan telah menjadi perhatian Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas Gunadarma Irwan Bastian. 

"Kami sangat prihatin dan sangat menyesalkan kejadian ini. Karena Farhan itu mahasiswa berkebtuhan khusus," ujar Irwan.

Irwan mengatakan saat ini rektorat sedang menginvestigasi kasus tersebut. Tak menutup kemungkinan pelakunya tak hanya tiga orang.

"Sementara tiga orang (pelaku). Yang lebih jelasnya kita menunggu hasil investigasi," kata Irwan.

Cerita guru

Aksi bully terhadap anak berkebutuhan khusus tak hanya terjadi di lingkungan rumah, bahkan sampai terjadi di lingkungan universitas.

Kasus semacam itu menjadi salah satu alasan orangtua khawatir menyekolahkan putra atau putri mereka yang berkebutuhan khusus di sekolah formal.

Pengajar sekolah swasta di Tanjungpandan, Belitung, Berinda Natalia (21), mengakui adanya fenomena kekhawatiran orangtua itu.

''Orangtua cenderung takut menyekolahkan anaknya, takut anak mereka dibully. Karena banyak yang tidak bisa menerima kekurangan mereka,'' kata Berinda kepada Suara.com via aplikasi WhatsApp.

Berindra mengungkapkan anak berkebutuhan khusus terkadang mendapatkan stigma negatif dari orangtua anak yang normal.

''Banyak yang ngomong, anaknya nggak bisa diem, terus suka memukul. Banyak nggak pengertian. Karena kan kita bukan sekolah luar biasa. Jadinya lebih banyak omongan orangtua lain gitu,'' ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI