Indri menyarankan langkah terbaik jika anak menjadi korban bully adalah segera konsultasi ke ahli.
"Kalau sudah dibully akan lebih baik dibawa ke ahli. Dalam tanda kutip untuk melihat efeknya, apakah memperparah kondisi mental, trauma, atau tidak. Sebab, kan kejadiannya terekam," kata Indri.
Bagaimana agar kasus bully di lingkungan kampus tak terulang, sebelum menjawab, Indri menjelaskan bahwa anak yang sudah level mahasiswa merupakan anak dalam transisi remaja ke tingkat dewasa awal. Dengan kondisi seperti itu, menurut Indri, idealnya mereka sudah bisa mengendalikan diri.
"Harusnya lebih bisa kendalikan diri. Kan beda dengan SMP atau SMA," kata Indri.
Mahasiswa yang masih melakukan bully, kata Indri, menunjukkan proses pematangan karakter yang belum selesai.
Indri menekankan pentingnya gerakan untuk mempersiapkan mental para mahasiswa, baik oleh orangtua maupun institusi. Indri mengatakan ketika masa orientasi sekolah baiknya disisipkan pelatihan untuk pematangan mental.
"Bayangkan kalau dilevel mahasiswa melakukan bullying, ketika dilevel bekerja nanti bagaimana," katanya.
Ketika ditanya bagaimana sikap mahasiswa jika di antara temannya ada yang berkebutuhan khusus, Indri mengatakan kunsinya adalah empati.
"PR terbesar apapun jurusannya yaitu kemampuan untuk empati," kata dia.
Indri menekankan pentingnya kesadaran bahwa menjadi anak berkebutuhan khusus bukanlah impian. Itu sebabnya, rekan-rekan yang lain penting untuk menunjukkan sikap empati.