Suka Duka Besarkan Anak Berkebutuhan Khusus, Kadang Iri dan Marah

Siswanto Suara.Com
Senin, 17 Juli 2017 | 15:22 WIB
Suka Duka Besarkan Anak Berkebutuhan Khusus, Kadang Iri dan Marah
Gerakan Kesejahteraan untuk Tunarungu Indonesia (Gerkatin) melakukan sosialisasi belajar bahasa isyarat di Car Free Day (CFD), Jakarta, Minggu (11/9).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Penanganan anak autis membutuhkan perjuangan ekstra. Tak hanya pengetahuan dalam membimbing, tetapi juga butuh kesabaran.

Pengalaman tersebut dialami oleh Nani Siwanti (40) yang memiliki anak berkebutuhan khusus bernama Nijar (12).

Ketika ditemui di Sekolah Luar Biasa Negeri 4 Jakarta Utara, Nani menceritakan mula dia mengetahui Nijar berkebutuhan khusus ketika berusia satu tahun. Ketika itu, badan Nijar mengalami panas tinggi.

"Awal mula tahu autis tuh karena panas dia tidak turun-turun, dan juga langsung kejang-kejang terus dibawa ke rumah sakit. Satu minggu di rumah sakit terus agak aneh sama tingkah laku anak saya," ujar Nani kepada Suara.com.

Terkadang, Nani merasa iri dengan orangtua lain yang mempunyai anak yang tidak hiperaktif. Nijar, akta Nani, terlalu hiperaktif sehingga gurunya sampai kewalahan membimbing.

"Kadang saya iri sama anak lain, hidup normal, bisa sekolah umum bukan SLB, dan juga tidak telat kayak anak saya," kata Nani

Yang membuat hati Nani sedih adalah ketika Nijar di-bully teman-teman sepermainan. Teman-teman Nijar yang nakal kadang mengerjai Nijar dengan suara ledakan. Refleks Nijar ketika mendengar suara mengejutkan adalah mengambil barang milik teman.

"Kadang nih suka dikata-katain sama temannya, gara-gara aneh sendiri jadi saya juga kadang-kadang kesel sama ibu-ibu yang malah belain anaknya yang salah. Siapa sih ibu yang mau anaknya autis jadi harusnya ibu-ibu juga mikir kalau di posisi kita gimana," ujar nani.

Tapi berkat perjuangan Nani, Nijar sekarang duduk di bangku kelas empat. Nijar tetap bisa mengikuti pelajaran dan ibunya sangat bersyukur.

Nani berharap orangtua mendidik anak-anak untuk berempati dengan anak-anak berkebutuhan khusus.

Dengan demikian, kasus Farhan, mahasiswa semester II, angkatan 2016, jurusan Sistem Informasi di Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Gunadarma, yang di-bully teman-temannya tak terulang lagi.

Kasus Farhan kini menjadi sorotan publik semenjak video bully viral di media sosial. Tiga rekannya yang melakukan bullying akan menerima hukuman dari kampus. [Rani Febriyani]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI