Bully Mahasiswa Gundar Berkebutuhan Khusus, Apa Kata Psikolog?

Siswanto Suara.Com
Senin, 17 Juli 2017 | 13:09 WIB
Bully Mahasiswa Gundar Berkebutuhan Khusus, Apa Kata Psikolog?
Universitas Gunadarma [suara.com/Bowo Raharjo]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Apa yang harus dilakukan orangtua kalau anaknya yang berkebutuhan khusus menjadi korban bully di lingkungan sekolah?

Psikolog Efnie Indrianie menjelaskan secara mental anak-anak berkebutuhan khusus bisa sensitif dan apatis terhadap lingkungan.

"Jadi, dalam hal ini kadang-kadang seringkali anak autis secara kecerdasan baik, tetapi secara mental lemah. Kalau kondisi demikian, artinya mereka harus disiapkan secara mentally," kata Indri kepada Suara.com, Senin (17/7/2017).

Indri menyarankan langkah terbaik jika anak menjadi korban bully adalah segera konsultasi ke ahli.

"Kalau sudah dibully akan lebih baik dibawa ke ahli. Dalam tanda kutip untuk melihat efeknya, apakah memperparah kondisi mental, trauma, atau tidak. Sebab, kan kejadiannya terekam," kata Indri.

Bagaimana agar kasus bully di lingkungan kampus tak terulang, sebelum menjawab, Indri menjelaskan bahwa anak yang sudah level mahasiswa merupakan anak dalam transisi remaja ke tingkat dewasa awal. Dengan kondisi seperti itu, menurut Indri, idealnya mereka sudah bisa mengendalikan diri.

"Harusnya lebih bisa kendalikan diri. Kan beda dengan SMP atau SMA," kata Indri.

Mahasiswa yang masih melakukan bully, kata Indri, menunjukkan proses pematangan karakter yang belum selesai.

Indri menekankan pentingnya gerakan untuk mempersiapkan mental para mahasiswa, baik oleh orangtua maupun institusi. Indri mengatakan ketika masa orientasi sekolah baiknya disisipkan pelatihan untuk pematangan mental.

"Bayangkan kalau dilevel mahasiswa melakukan bullying, ketika dilevel bekerja nanti bagaimana," katanya.

Ketika ditanya bagaimana sikap mahasiswa jika di antara temannya ada yang berkebutuhan khusus, Indri mengatakan kunsinya adalah empati.

"PR terbesar apapun jurusannya yaitu kemampuan untuk empati," kata dia.

Indri menekankan pentingnya kesadaran bahwa menjadi anak berkebutuhan khusus bukanlah impian. Itu sebabnya, rekan-rekan yang lain penting untuk menunjukkan sikap empati.

"Kalau empati mereka baik, mereka akan lebih care terhadap situasi teman yang berkebutuhan khusus," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI