Empat warga Taiwan yang menjadi tersangka kasus penyelundupan sabu seberat satu ton, masing-masing dibekali uang Rp200 juta untuk operasional, demikian dikatakan Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Komisaris Besar Nico Afinta.
"Masing-masing orang ini sebelum berangkat pada saat di Taiwan mendapat uang kurang lebih Rp200 juta masing-masing, oleh seseorang di sana yang masih kami dalami," kata Nico di Polda Metro Jaya, Jumat (14/7/2017).
Sabu yang diselundupkan lewat laut itu ketahuan ketika disembunyikan di Hotel Mandalika, Jalan Raya Anyer, Kabupaten Serang, Banten. Polisi telah melumpuhkan empat tersangka, satu di antaranya yang merupakan pimpinan lapangan mati dihajar peluru karena hendak menabrak petugas ketika hendak dibekuk.
Saat ini, polisi sedang melacak siapa orang yang mendanai keempat orang itu. Nico mengatakan kapal besar yang dipakai untuk untuk mengangkut satu ton sabu juga masih ditelusuri.
"Kemudian akan kami cari pendananya, bagaimana cara kapal yang mengantar bisa masuk ke sini," kata dia.
Kasus terbesar
Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan menyebut kasus penyelundupan satu ton sabu dari Taiwan yang berhasil digagalkan di Banten pada Kamis (13/7/2017), dini hari, merupakan terbesar yang ditangani aparat. Jika barang bukti dikonversikan menjadi rupiah, bisa mencapai Rp1,5 triliun.
"Tangkapan terbesar, (jika konversikan) Rp1,5 T. Ada dua juta manusia bisa kita selamatkan," kata Iriawan di Polda Metro Jaya, Kamis (13/7/2017)
Iriawan menambahkan pelaku asal warga Taiwan sengaja menggunakan jalur laut untuk menghindari pengawasan.
"Lewat udara tidak mungkin karena akan gampang sekali terdeteksi dengan barang satu koper pun pasti ketahuan. Ini kan hampir satu ton lebih, dikemas dengan luar biasa," kata dia.
Iriawan mengungkapkan rencana penyelundupan tersebut sudah tercium petugas sejak dua bulan lalu.
"Cukup lama, kita nunggu dua bulan, berarti dia disiapkan berangkat kapal mungkin menunggu situasi yang tepat. Kalau perjalanan sih 10 hari juga nyampai, tapi mungkin dia nunggu tempat dan situasi yang ada, mungkin dia (pelaku) lihat, wah aman nih, anggota kita udah surveilance dua bulan, ada yang tidur di sana ada yang nyamar," katanya.
Operasi penyelundupan tersebut, katanya, dilakukan secara seksama. Sebelumnya, pelaku memetakan jalur masuk dengan berpura-pura menjadi pemancing.
"Turis kunjungan, pura-pura mancing, sebulan," kata dia.
"Masing-masing orang ini sebelum berangkat pada saat di Taiwan mendapat uang kurang lebih Rp200 juta masing-masing, oleh seseorang di sana yang masih kami dalami," kata Nico di Polda Metro Jaya, Jumat (14/7/2017).
Sabu yang diselundupkan lewat laut itu ketahuan ketika disembunyikan di Hotel Mandalika, Jalan Raya Anyer, Kabupaten Serang, Banten. Polisi telah melumpuhkan empat tersangka, satu di antaranya yang merupakan pimpinan lapangan mati dihajar peluru karena hendak menabrak petugas ketika hendak dibekuk.
Saat ini, polisi sedang melacak siapa orang yang mendanai keempat orang itu. Nico mengatakan kapal besar yang dipakai untuk untuk mengangkut satu ton sabu juga masih ditelusuri.
"Kemudian akan kami cari pendananya, bagaimana cara kapal yang mengantar bisa masuk ke sini," kata dia.
Kasus terbesar
Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan menyebut kasus penyelundupan satu ton sabu dari Taiwan yang berhasil digagalkan di Banten pada Kamis (13/7/2017), dini hari, merupakan terbesar yang ditangani aparat. Jika barang bukti dikonversikan menjadi rupiah, bisa mencapai Rp1,5 triliun.
"Tangkapan terbesar, (jika konversikan) Rp1,5 T. Ada dua juta manusia bisa kita selamatkan," kata Iriawan di Polda Metro Jaya, Kamis (13/7/2017)
Iriawan menambahkan pelaku asal warga Taiwan sengaja menggunakan jalur laut untuk menghindari pengawasan.
"Lewat udara tidak mungkin karena akan gampang sekali terdeteksi dengan barang satu koper pun pasti ketahuan. Ini kan hampir satu ton lebih, dikemas dengan luar biasa," kata dia.
Iriawan mengungkapkan rencana penyelundupan tersebut sudah tercium petugas sejak dua bulan lalu.
"Cukup lama, kita nunggu dua bulan, berarti dia disiapkan berangkat kapal mungkin menunggu situasi yang tepat. Kalau perjalanan sih 10 hari juga nyampai, tapi mungkin dia nunggu tempat dan situasi yang ada, mungkin dia (pelaku) lihat, wah aman nih, anggota kita udah surveilance dua bulan, ada yang tidur di sana ada yang nyamar," katanya.
Operasi penyelundupan tersebut, katanya, dilakukan secara seksama. Sebelumnya, pelaku memetakan jalur masuk dengan berpura-pura menjadi pemancing.
"Turis kunjungan, pura-pura mancing, sebulan," kata dia.