Capai Puncak Kesuksesan, Liliyana Ungkap 'Harga' Pengorbanannya

Rizki Nurmansyah Suara.Com
Jum'at, 14 Juli 2017 | 14:31 WIB
Capai Puncak Kesuksesan, Liliyana Ungkap 'Harga' Pengorbanannya
Pebulutangkis nasional, Liliyana Natsir (kanan), merayakan ulang tahun sang mama, Olly Maramis (tengah), bersama ayahnya, Beno Natsir, disela pemberian bonus juara Indonesia Open dari Djarum Foundation di Plaza Senayan, Jakarta, (13/7). [Humas PBSI]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tidak ada cara instan untuk mencapai puncak kesuksesan. Dibutuhkan pengorbanan demi menggapai titik tertinggi kejayaan. Itulah yang dirasakan pebulutangkis nasional Liliyana Natsir dalam kariernya.

Pengorbanannya yang harus berpisah dengan kedua orang tua sejak usia muda, karena harus tinggal di asrama bulutangkis, jadi salah satu 'harga' yang harus diambil yang kini telah banyak terbayar.

Segudang prestasi dan penghargaan telah diraihnya, mulai dari medali emas Olimpiade, kejuaraan dunia, hingga yang terakhir jadi jawara BCA Indonesia Open Super Series Premier 2017, Juni lalu.

Butet, sapaan akrab Liliyana, pun menceritakan bagaimana momen kesedihannya saat harus berpisah dengan orang tua, khususnya sang mama, Olly Maramis, lantaran harus tinggal di asrama.

Baca Juga: Akhiri 'Kutukan' Indonesia Open, Owi/Butet Diguyur Bonus

"Di hari terakhir sebelum mama pulang, saya masih ingat posisi duduk saya di mana, mama di mana," kata Butet disela pemberian bonus bersama partnernya di ganda campuran, Tontowi Ahmad, sebesar Rp500 juta dari Djarum Foundation di Plaza Senayan, Jakarta, Kamis (13/7/2017).

"Waktu itu saya lagi makan, mama bilang makan dulu. Saya makan sambil netesin air mata, waktu itu saya makan nasi sama ayam goreng dan sayur," lanjut Butet yang pada Kamis kemarin turut merayakan ulang tahun sang mama ke-60 di tempat yang sama.

"Nasinya yang awalnya kering kok jadi basah, ternyata kena air mata saya. Memang waktu itu air mata saya netes terus, sedih banget. Saya tahu mama berusaha nahan (tangis), padahal saya tahu dia juga berat berpisah dari anaknya," tambahnya.

Dilanjutkan Butet, waktu sudah cukup berhasil jadi atlet, sang mama kemudian bercerita tentang momen tersebut. Kala itu memang dirinya berusaha untuk tegar, waktu sampai ke mobil, ia tak bisa menahan tangisnya.

Baca Juga: Diminta Gantung Sarung Tinju, Ini Jawaban Manny Pacquiao

"Di rumah om saya pun mama terus menangis, sampai waktu diajak makan, mama nggak keluar dari kamar. Di bandara waktu mau naik pesawat juga menangis, mungkin orang berpikir ibu ini ditinggal meninggal anaknya, padahal misah doang kan," cerita pebulutangkis berdarah Manado, Sulawesi Utara.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI