Perppu Ormas, Pengacara GNPF: Motivasi Penerbitan Harus Dibuka

Siswanto Suara.Com
Kamis, 13 Juli 2017 | 12:27 WIB
Perppu Ormas, Pengacara GNPF: Motivasi Penerbitan Harus Dibuka
Kapitra Ampera [suara.com/Dian Rosmala]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengacara dari Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI Kapitra Ampera mempertanyakan urgensi dan motivasi penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas UU Organisasi Kemasyarakatan.

"Artinya begini, perppu harus dilahirkan atas dasar situasi yang amat genting. Kegentingan ini ukurannya apa? Ukurannya adalah situasi yang kaustik. Nah, apakah sekarang situasi negara sudah emergency?" kata Kapitra kepada Suara.com, Kamis (13/7/2017).

"Kalau merujuk pada FPI, apa yang dilakukan FPI? Kan FPI menyampaikan pendapat, menuntut keadilan," Kapitra menambahkan.

Menurut Kapitra kegentingan seperti apa yang dijadikan dasar penerbitan perppu harus dijelaskan kepada publik.

"Sekarang ini kan aman-aman saja. Justru kebijakan negara yang kadang membingungkan. Itu yang harus diperbaiki, sebenarnya," kata dia.

"Apa yang jadi motivasi itu yang harus dibuka sebenarnya. Apakah negara ini emergency, kaustik, terancam? Kan tidak," Kapitra menambahkan.

Kapitra menilai penerbitan perppu mengabaikan asas demokrasi. Dia mengkritik keras penghilangan pasal-pasal yang mengharuskan pembubaran ormas melalui mekanisme pengadilan.

"Terus ada pengamputasian pasal-pasal yang krusial dalam perppu itu. Artinya lembaga peradilan yang berhak bubarkan ormas itu dihapus oleh Presiden sehingga nanti tidak ada check and balance. Bisa saja nanti ada unsur subyektifitas," kata Kapitra.

Lembaga peradilan diperlukan untuk menilai perkara secara obyektif sebelum ada keputusan.

"Sekarang kan jadinya sekarang pemerintah yang memberikan izin ormas, sekaligus bisa membubarkan. Kan tidak ada check and balance," kata dia.

Kapitra menekankan penerbitan perppu ormas potensial mengancam hak-hak masyarakat dalam berorganisasi dan menyampaikan pendapat.

"Karena UU yang sudah ada sebenarnya sudah cukup."

Lebih jauh, Kapitra mempertanyakan jika pemerintah menganggap ada ormas radikal, dimana keberadaannya.

"Sekarang ormas mana sih yang radikal. Kan stigma aja yang dibangun," kata dia.

Menurut Kapitra pemerintah harus evaluasi.

Kapitra menekankan situasi negara ini sebenarnya kondusif, sudah ada komunikasi antara pemerintah dan ulama.

"Kenapa muncul seperti ini. Yang pentingkan kan pemerintah buka saluran dialog. Semua masalah bisa diselesaikan antar stakeholders dengan dialog. Dialog ini yang harus dibuka sehingga tidak muncul kegaduhan baru," katanya.

Setelah perppu diterbitkan, kata Kapitra, sejumlah pengacara bertemu untuk mempersiapkan judicial review ke Mahkamah Konstitusi.

REKOMENDASI

TERKINI