Akibatnya menjadi nyata, ketika indeks rasio gini di Indonesia masih bertengger di angka 0,40 persen dengan tingkat akumulasi kekayaan pada segelintir elite yang masih sangat besar.
"Padahal kemiskinan dan pengangguran dengan sendirinya juga akan menurun kalau kita dapat mengefektifkan koperasi," ucap Suroto.
Sayangnya, koperasi yang dalam istilah ekonomi berkonsep "economic patron refund"—transaksi yang terjadi justru mengembalikan nilai tambah kepada pelakunya—malah tidak mendapatkan tempat untuk berkembang laksana pelaku usaha lain di Indonesia.
Maka, pada usianya kini yang tepat menginjak 70 tahun, koperasi layaknya kendaraan tua yang terbatuk-batuk di tengah derasnya arus kapitalisme yang semakin menggurita di Tanah Air.
Baca Juga: Wapres Setuju Voting untuk Putuskan RUU Pemilu
Ia tak lagi bisa sambat, tak lagi bisa mengeluhkan, atau bahkan meneriakkan aspirasinya agar diberi tempat untuk berteduh dari serangan perkembangan ekonomi yang diserahkan sepenuhnya pada pasar.