Tsamara Amany, 'Perawan di Sarang Politik'

Rabu, 12 Juli 2017 | 14:23 WIB
Tsamara Amany, 'Perawan di Sarang Politik'
Tsamara Amany [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tsamara bak "Sayu", gadis yang menjadi tokoh utama dalam novel sastra "Perawan di Sarang Penyamun" kreasi Sutan Takdir Alisjahbana. Betapa tidak, ia yang memunyai segudang idealisme memutuskan untuk bertarung dan mencoba mengubah keadaan di "sarang politik" Indonesia yang dikenal kejam.

Pentas politik Indonesia bukanlah dunia baru bagi kaum muda. Bahkan, sejak era prakemerdekaan, kaum muda memunyai peran penting dalam pergerakan politik. Tampaknya, spirit itulah yang tertular dalam diri Tsamara Amany Alatas.

Tsamara terhitung masih belia ditinjau dari segi umur, yakni 21 tahun. Ia juga masih tercatat sebagai mahasiswi strata-1 Universitas Paramadina.

Namun, kiprahnya dalam panggung politik nasional tidak bisa diremehkan. Ia adalah Ketua Dewan Pemimpin Pusat Partai Solidaritas Indonesia (DPP PSI) Bidang Eksternal.

Baca Juga: Jika KPK Dilemahkan DPR Bisa Muncul Perlawanan Masyarakat

Tsamara, dalam sepekan terakhir, juga menjadi buah bibir masyarakat lantaran berani terang-terangan mengkritik dan berdebat dengan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengenai pro-kontra Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Selayaknya kaum muda, Tsamara juga memunyai ambisi yang menuntunnya terus berkarya di kancah perpolitikan.

Perempuan yang juga mengidolakan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ini mengakui, ingin menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 10 tahun ke depan, atau tahun 2027.

"Saya punya harapan, 10 tahun lagi (jadi gubernur DKI). Karena umur saya saat ini tidak cukup. Berdasarkan peraturan hukum, peserta pemilihan kepala daerah itu mesti minimal 30 tahun,” tutur Tsamara kepada Suara.com, Rabu (12/7/2017).

Baca Juga: Sri Mulyani Bentuk Satgas Penertiban Impor Berisiko Tinggi

Banyak hal yang membuat Tsamara ingin menjadi orang nomor satu di ibu kota. Salah satu alasannya adalah, Jakarta merupakan tempat tinggal dan tanah kelahirannya.

Selain alasan itu, Tsamara menuturkan tekatnya itu dibumbui keinginan memegang jabatan publik pada usia muda.

Bagi Tsamara, diktum pemimpin politik haruslah orang yang sudah senior alias tua sudah kuno. “Karena bagi saya, politikus tidak harus senior. Mereka juga bisa orang muda," tukasnya.

Untuk memuluskan cita-citanya, perempuan kelahiran 24 Juni 1996 ini akan mengisi waktu selama 10 tahun ke depan untuk terus belajar dari politikus-politikus yang lebih berpengalaman.

Tak hanya itu, Tsamara juga ingin mencicipi pentas politik kontestasi sebagai calon anggota legislatif di tingkat DPRD Jakarta ataupun DPR RI sebelum ikut pilkada nanti.

Bukan haus popularitas atau mengejar uang, Tsamara memunyai keinginan ideal sehingga ingin terjun sebagai peserta pemilu legislatif.

Untuk menerangkan tujuannya, Tsamara lantas mengutip perkataan yang ia yakini berasal dari Presiden ke-16 Amerika Serikat Abraham Lincoln: 'Jati diri seseorang bisa diketahui kalau sudah megang kekuasaan atau jabatan.’

Menurutnya, kutipan Lincoln yang juga sering dikutip Ahok  tersebut, membuat dirinya ingin bertarung dalam politik kontestasi, sehingga rakyat bisa menilai persona sejati dari dirinya.

"Saya nanti akan bereksperimen, melakukan transparansi uang kunjungan kerja sebagai anggota legislatif. Begitu juga ketika berkampanye, akan bereksperimen. Walaupun orang bilang saya tidak mengerti politik, ya tak apa-apa. Ini mungkin eksperimen politik yang gila, tapi harus berani mencobanya," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI