Selama berada di negara Turki, Amar diminta untuk menjaga sikap oleh orangtua.
"Jaga sikap jangan bandel-bandel gitu saja, diminta serius belajarnya, di sana bukan untuk jalan-jalan tapi untuk belajar," kata dia menirukan pesan orangtua.
Selain Amar, santriwati dari Jember, Jawa Timur, Risalatul Muhimah (20) menceritakan awal mula dia lolos untuk mengikuti program pendidikan ke Turki.
Pertama dia harus mengikuti tes seleksi di kantor Kementerian Agama. Setelah mendaftar, Muhimah langsung melakukan persiapan penghafalan Al Quran dan membenarkan bacaan Al Quran.
Baca Juga: Kisah Guru Hafiz Al Quran yang Buta di Jalur Gaza
"Setelah bacaan itu benar kita masuk program tafis setelah kita hatam kita pendalaman bahas Turki," kata dia.
Saat mulai belajar bahasa Turki, Muhimah merasa kesulitan. Menurutnya, bahasa tersebut berbeda cara belajarnya dengan Bahasa Inggris.
Muhimah akan menempuh pendidikan sekitar dua tahun di Balıkesir, Turki.
Lebih jauh, dia awalnya iseng mengikuti program pendidikan ini. Setelah dinyatakan lolos seleksi, dia langsung tertarik. Apalagi program pendidikan di Indonesia dan Turki menurutnya berbeda.
"Dari cara mengahfalkannya, cara mendalami AL Quran-nya juga beda, cara penghormatannya juga berbeda, jadi tertarik," kata dia.
Baca Juga: Anak Gunung yang Tewas di Dikdas Mapala UII Ingin Jadi Hafiz
Orangtua Muhimah selalu berpesan untuk hati-hati berada di negara orang.