Suara.com - Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PAN Daeng Muhammad tidak mengerti kenapa tiba-tiba Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengutarakan keengganannya untuk menyelesaikan tugas memimpin Polri sampai pensiun pada tahun 2022 dan jika ada pilihan dia ingin pensiun dini. Daeng tidak yakin alasan Tito ingin pensiun dini karena stres oleh tekanan kasus-kasus berat.
"Ketika seorang polisi berani mengambil keputusan dan tanggungjawab menjadi kapolri maka sudah harus siap dengan risiko jabatannya. Tidak bisa menikmati jabatan tanpa mau mengambil akibat dari jabatan itu," kata Daeng di DPR, Jakarta, Selasa (11/7/2017).
Daeng tidak mengerti karena selama ini komunikasi Tito dengan Komisi Hukum DPR tidak ada masalah.
"Kalau persoalan dia pensiun dini, atau sampai selesai masa dinasnya di kepolisian, itu kembali ke Pak Tito," katanya.
Ketika ditanya mengenai kemungkinan Tito ingin pensiun dini karena Tito ingin naik kelas atau ingin menduduki jabatan lain di kabinet pemerintah, Daeng enggan berspekulasi.
"Silakan tanya Pak Tito. Saya tidak mau berasumsi dengan itu. Kalau Tito atau anda berpendapat lain, ya itu hak anda," ujarnya
Tito mengatakan jika ada pilihan, maka ingin pensiun dini agar ada penyegaran di tubuh Polri.
"Saya sampaikan, kalau saya boleh pilih. Saya tidak ingin sampai selesai 2022. Kenapa? Tidak baik bagi organisasi, tidak baik bagi saya sendiri . Bagi organisasi, organisasi membutuhkan penyegaran," ujar Tito di Lapangan Silang, Monas, Jakarta, Senin (10/7/2017).
"Perlu ada kepemimpinan baru dan seterusnya. Bayangkan kalau saya jadi Kapolri terus enam tahun, tujuh tahun, anggota bosan, organisasi bosan, saya bosan," Tito menambahkan.
Selain untuk penyegaran kepemimpinan, alasan lain Tito berpikir untuk pensiun dini karena menjadi kapolri bukan pekerjaan mudah, setiap hari berhadapan dengan tekanan karena banyak masalah yang terjadi. Tito merasa keinginan seperti pensiun dini merupakan hal yang wajar.