Menlu AS Tiba di Kuwait Bicarakan Krisis Qatar

Tomi Tresnady Suara.Com
Selasa, 11 Juli 2017 | 06:28 WIB
Menlu AS Tiba di Kuwait Bicarakan Krisis Qatar
Menlu AS Rex Tillerson memberikan pengarahan saat pertama kali berkunjung ke Kyiv, Ukraina, 9 Juli 2017. [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson tiba di Kuwait pada Senin (10/7/2017) untuk menyelesaikan krisis akibat pemutusan hubungan Arab Saudi dan para sekutu Arab terhadap Qatar.

Di Doha, seorang diplomat Arab mengatakan pembentukan suatu "mekanisme pemantauan keuangan teror," akan menjadi isu yang termasuk akan dibahas dalam pembicaraan itu, tetapi ia menolak untuk memberikan rincian.

Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Mesir memberlakukan sanksi-sanksi bulan lalu, menuduh Qatar mendanai terorisme, yang dibantah oleh negara yang memiliki kekayaan cadangan gas itu.

Kemlu AS menyatakan Tillerson, yang berusaha menjalin hubungan ekstensif di Teluk sebagai pimpinan ExxonMobil, akan mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin Kuwait, Qatar dan Arab Saudi.

Baca Juga: Qatar Sumbang 8 Juta Dolar AS untuk Suriah

Menlu Tillerson terbang dari Istanbul, tempat dia menghadiri konferensi minyak internasional.

R.C. Hammond, penasehat senior Tillerson, mengatakan ia akan menjajaki cara-cara untuk mengakhiri kebuntuan setelah penolakan Qatar terhadap 13 tuntutan yang diajukan negara-negara Arab itu sebagai syarat untuk mengakhiri sanksi-sanksi.

"Lawatan-lawatan ke Arab Saudi dan Qatar merupakan usaha untuk menjajaki kemungkinan," kata Hammond, yang menambahkan bahwa 13 tuntutan tersebut "telah berlaku" dan "tak layak lagi untuk dipertimbangkan sebagai sebuah paket. Secara individu sudah ada hal-hal yang berlaku di sana".

Tuntutan-tuntutan tersebut mencakup penutupan Al Jazeera, jaringan televisi yang berbasis di Qatar, dan sebuah pangkalan militer Turki.

Arab Saudi dan para pendukungnya, yang menuduh Al Jazeera sebagai media bagi ekstrimis dan agen pengaruh dalam urusan-urusan mereka, telah mengancam sanksi-sanksi lebih lanjut terhadap keamiran itu. Al Jazeera membantah tuduhan-tuduhan tersebut.

Baca Juga: Putin, Pemimpin Qatar dan Bahrain Bicara via Telepon, Ada Apa?

Riyadh dan para pendukungnya menuduh Qatar mendanai kelompok-kelompok ektrimis dan bersekutu dengan Iran, rival regional negara-negara Arab di Teluk. Qatar membantah bahwa pihaknya mendukung organisasi-organisasi militan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI