Kisah-kisah Orang Kecil yang Kerja Apa Saja Asal Halal

Siswanto Suara.Com
Minggu, 09 Juli 2017 | 13:25 WIB
Kisah-kisah Orang Kecil yang Kerja Apa Saja Asal Halal
Raja, pengamen di Blok M [suara.com/Yunita]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Darsono dan Raja merupakan dua warga yang patut diacungi jempol. Mereka ikhlas bekerja apapun asalkan tidak merugikan orang lain dan tentu saja hasilnya halal. Tak pernah terpikir oleh mereka hidup kaya raya, tetapi dengan menipu dan korupsi uang negara.

Darsono berusia 50 tahun. Lelaki asal Tegal, Jawa Tengah, ini, merupakan pedagang asongan di kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat. Dia sudah puluhan tahun ikhlas menjajakan barang dengan cara keliling-keliling.

"Saya jualan ini dari tahun 1980-an, tapi dulunya juga pernah jual kacang keliling," kata Darsono dengan nada suara kecil dan serak.

Lelaki yang tinggal di daerah Kembang Sepatu tersebut biasanya berjualan dari jam 10.00 pagi sampai Maghrib.

"Saya kontrak di situ, nggak tahu kontrakannya berapa, biasa bini yang ngurus duit dan bayar kontrakannya, saya tinggal kasih duit saja ke bini," ujar Darsono.

Penghasilan yang didapatkan oleh Darsono. Penghasilan sekarang, sehari-hari rata-rata dia mendapatkan Rp50 ribu.

"Modalnya Rp1 juta. Kalau pendapatan sehari kadang Rp50 ribu, biasanya kurang. Untung dikit-dikit," ujar Darsono.

Dengan penghasilan yang kecil, kehidupan Darsono pun dijalani dengan sederhana. Sehari-hari, biasanya dia makan siang dengan harga Rp8 ribu,berupa nasi dengan lauk tempe, sayur, dan sambel, plus teh tawar hangat. Ketika ditemui Suara.com, dia tengah duduk di lantai sambil manyantap makanan.

Darsono tinggal bersama istri dan anak-anaknya. "Tinggal sama lima anak dan istri adalah buruh nyuci," ujar Darsono.

Walau penghasilan kecil dan hidup sederhana, Darsono bersyukur tetap bisa membiayai sekolah anak. Dia tambah bersyukur lagi karena istri dan anaknya bisa ikut bantu-bantu.

"Saya ada lima anak. Yang udah kerja baru dua. Kerja di mall Atrium sebagai cleaning service adalah laki, satunya lagi kerja di Matahari bagian pakaian adalah perempuan. Satu masih SMK dan satu lagi baru mau masuk SMP. Dan satu lagi baru kelas 4 SD," ujar Darsono.

Kemudian Darsono bercerita tentang kesehatan. Sekitar dua tahun yang lalu, ia menderita sakit panas dingin. Setelah berobat ke dokter, dia divonis sakit paru-paru.

"Sakit ini udah enam bulan, udah berobat di Kenari, kata dokter sakit paru," ujar Darsono.

Walau sakit paru-paru, Darsono tidak menyerah. Dia tetap berjuang menjadi pemimpin keluarganya.

Pengalaman Raja

Raja, pengamen di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, punya cerita kehidupan yang penuh lika-liku. Lelaki berusia 75 tahun itu menjadi pengamen karena menyadari keterampilan yang minim. Prinsip hidupnya yang penting bisa mencari nafkah dengan cara yang halal. Lelaki asal asal Cilebut, Bogor, Jawa Barat, itu, merupakan tidak tamat sekolah dasar. Dia keluar sekolah ketika kelas empat.

Raja menceritakan pertamakali menjadi pengamen tahun 1983. Berarti kalau dihitung sampai sekarang, dia sudah mengamen selama 34 tahun.

Setiap hari, Raja mengamen di warung-warung kawasan Blok M.

"Saya biasanya ngamen di warung-warung Blok M, dekat dengan daerah sekitar ini saja," ujar Raja.

Sebelum jadi pengamen, Raja sudah bekerja di berbagai bidang. Dia ingat dulu pernah bekerja menjadi penyapu halaman, kemudian dia pernah bekerja menjadi pedagang di daerah Kalibata, Jakarta Selatan.

Seiring dengan berjalannya waktu, haluan hidupnya berubah dan dia memutuskan menjadi pengamen.

Raja mengaku belum berkeluarga. Menariknya, Raja tidak punya KTP di tempat asal, apalagi Jakarta.

Pendapatan dari mengamen, kata Raja, tidak seberapa. Sehari dia cuma bisa mendapatkan sekitar Rp40 ribu, terkadang kalau lagi belum rezeki, dia hanya dapat Rp14 ribu. Tapi, bagi dia, yang penting tetap sabar dan tak menyerah.

"Sehari ngamen biasanya Rp30 ribu, Rp40 ribu dan juga pernah dapat Rp14 ribu pas lagi sepinya itu," kata Raja.

Adalah kakaknya di kampung yang mulai mengubah pemikiran. Dia diajari bermain gitar. Lalu lama-lama tertarik untuk mencoba-coba cari uang dengan gitar, sampai akhirnya keterusan.

"Bisa ngamen karena waktu kecil diajarin oleh kakak, setelah itu tahun 1983 saya mulai bekerja sebagai pengamen, kita juga nggak bisa apa-apa, SD juga nggak tamat," ujar Raja.

Kedua orangtua Raja sudah meninggal dunia. Dia bersyukur karena masih punya abang angkat. Saat ini, Raja tinggal bersama kakak angkat.

"Di kampung, keluarga saya sudah nggak ada. Tetapi saya tinggal di tempat abang angkat saya. Saya harus tetap berusaha dan terus coba berusaha jangan cepat putus asa," ujar Raja.

Saban sore, usai mengamen, Raja selalu mampir ke masjid di Jalan Mampang, Jakarta Selatan. Di sana, dia ikut membantu-bantu membersihkan masjid. Baginya, ini merupakan kewajiban.

"Setelah ngamen, sorenya saya bantu-bantu Masjid di Jalan Mampang," ujar Raja. (Yunita)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI