Kisah-kisah Orang Kecil yang Kerja Apa Saja Asal Halal

Siswanto Suara.Com
Minggu, 09 Juli 2017 | 13:25 WIB
Kisah-kisah Orang Kecil yang Kerja Apa Saja Asal Halal
Raja, pengamen di Blok M [suara.com/Yunita]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Saya ada lima anak. Yang udah kerja baru dua. Kerja di mall Atrium sebagai cleaning service adalah laki, satunya lagi kerja di Matahari bagian pakaian adalah perempuan. Satu masih SMK dan satu lagi baru mau masuk SMP. Dan satu lagi baru kelas 4 SD," ujar Darsono.

Kemudian Darsono bercerita tentang kesehatan. Sekitar dua tahun yang lalu, ia menderita sakit panas dingin. Setelah berobat ke dokter, dia divonis sakit paru-paru.

"Sakit ini udah enam bulan, udah berobat di Kenari, kata dokter sakit paru," ujar Darsono.

Walau sakit paru-paru, Darsono tidak menyerah. Dia tetap berjuang menjadi pemimpin keluarganya.

Pengalaman Raja

Raja, pengamen di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, punya cerita kehidupan yang penuh lika-liku. Lelaki berusia 75 tahun itu menjadi pengamen karena menyadari keterampilan yang minim. Prinsip hidupnya yang penting bisa mencari nafkah dengan cara yang halal. Lelaki asal asal Cilebut, Bogor, Jawa Barat, itu, merupakan tidak tamat sekolah dasar. Dia keluar sekolah ketika kelas empat.

Raja menceritakan pertamakali menjadi pengamen tahun 1983. Berarti kalau dihitung sampai sekarang, dia sudah mengamen selama 34 tahun.

Setiap hari, Raja mengamen di warung-warung kawasan Blok M.

"Saya biasanya ngamen di warung-warung Blok M, dekat dengan daerah sekitar ini saja," ujar Raja.

Sebelum jadi pengamen, Raja sudah bekerja di berbagai bidang. Dia ingat dulu pernah bekerja menjadi penyapu halaman, kemudian dia pernah bekerja menjadi pedagang di daerah Kalibata, Jakarta Selatan.

Seiring dengan berjalannya waktu, haluan hidupnya berubah dan dia memutuskan menjadi pengamen.

Raja mengaku belum berkeluarga. Menariknya, Raja tidak punya KTP di tempat asal, apalagi Jakarta.

Pendapatan dari mengamen, kata Raja, tidak seberapa. Sehari dia cuma bisa mendapatkan sekitar Rp40 ribu, terkadang kalau lagi belum rezeki, dia hanya dapat Rp14 ribu. Tapi, bagi dia, yang penting tetap sabar dan tak menyerah.

"Sehari ngamen biasanya Rp30 ribu, Rp40 ribu dan juga pernah dapat Rp14 ribu pas lagi sepinya itu," kata Raja.

Adalah kakaknya di kampung yang mulai mengubah pemikiran. Dia diajari bermain gitar. Lalu lama-lama tertarik untuk mencoba-coba cari uang dengan gitar, sampai akhirnya keterusan.

"Bisa ngamen karena waktu kecil diajarin oleh kakak, setelah itu tahun 1983 saya mulai bekerja sebagai pengamen, kita juga nggak bisa apa-apa, SD juga nggak tamat," ujar Raja.

Kedua orangtua Raja sudah meninggal dunia. Dia bersyukur karena masih punya abang angkat. Saat ini, Raja tinggal bersama kakak angkat.

"Di kampung, keluarga saya sudah nggak ada. Tetapi saya tinggal di tempat abang angkat saya. Saya harus tetap berusaha dan terus coba berusaha jangan cepat putus asa," ujar Raja.

Saban sore, usai mengamen, Raja selalu mampir ke masjid di Jalan Mampang, Jakarta Selatan. Di sana, dia ikut membantu-bantu membersihkan masjid. Baginya, ini merupakan kewajiban.

"Setelah ngamen, sorenya saya bantu-bantu Masjid di Jalan Mampang," ujar Raja. (Yunita)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI