Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan memeriksa sebanyak delapan saksi kasus pemasangan bendera ISIS dan pengiriman surat kaleng berisi ancaman di Polsek Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
"Delapan saksi sudah kami periksa, baik dari anggota yang temukan saat itu," kata Kapolres Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Iwan Kurniawan, Kamis (6/7/2017).
Sebagian saksi mengatakan sudah melihat bendera ISIS terpasang di pagar Polsek Kebayoran Lama sejak jam empat pagi.
"Warga sekitar yang pernah lihat pada pukul empat pagi sudah lihat bendera itu sudah terpasang di polsek," kata dia.
Saat ini, proses pengusutan kasus tersebut masih berlangsung.
Polisi belum mengerucut ke siapa orang yang bertanggungjawab dalam aksi tersebut. Soalnya, keterangan saksi masih simpang siur.
"Saksi yang lihat katanya ada dua orang naik motor, itu pun simpang siur, karena ada saksi lainnya lhat satu orang," kata dia.
Selain keterangan saksi, polisi juga menganalisa lima rekaman CCTV di sekitar Polsek Kebayoran Lama.
Saat ini, CCTV itu masih diperiksa di Pusat Laboratorium Forensik Polri.
"Delapan saksi sudah kami periksa, baik dari anggota yang temukan saat itu," kata Kapolres Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Iwan Kurniawan, Kamis (6/7/2017).
Sebagian saksi mengatakan sudah melihat bendera ISIS terpasang di pagar Polsek Kebayoran Lama sejak jam empat pagi.
"Warga sekitar yang pernah lihat pada pukul empat pagi sudah lihat bendera itu sudah terpasang di polsek," kata dia.
Saat ini, proses pengusutan kasus tersebut masih berlangsung.
Polisi belum mengerucut ke siapa orang yang bertanggungjawab dalam aksi tersebut. Soalnya, keterangan saksi masih simpang siur.
"Saksi yang lihat katanya ada dua orang naik motor, itu pun simpang siur, karena ada saksi lainnya lhat satu orang," kata dia.
Selain keterangan saksi, polisi juga menganalisa lima rekaman CCTV di sekitar Polsek Kebayoran Lama.
Saat ini, CCTV itu masih diperiksa di Pusat Laboratorium Forensik Polri.
Selain polisi, pengirim surat kaleng juga mengancam Ansor, Banser NU, dan TNI karena mendukung Pancasila. Salah satu ancamannya, ingin jadikan Jakarta seperti Marawi, Filipina.
"Saya pikir kita jangan negative thinking dulu bahwa itu adalah serangan teror. Belum tentu. Bisa betul dari kelompok itu, bisa dari kelompok pihak ketiga yang suka kalau ramai-ramai," kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (5/7/2017).
Menurut Tito pihak manapun dapat melakukan tindakan provokasi tersebut sehingga masyarakat tidak perlu panik.
Kapolri menjelaskan tujuan dari pelaku adalah keributan di masyarakat karena kepanikan tersebut.
"Tidak perlu menjadi panik, karena kepanikan itu yang diharapkan oleh pelaku teror. Teror itu bukan untuk membunuh orangnya," ujar Tito yang menambahkan pelaku teror butuh media untuk menyebarkan kepanikan di masyarakat.
Menurut Tito pihak manapun dapat melakukan tindakan provokasi tersebut sehingga masyarakat tidak perlu panik.
Kapolri menjelaskan tujuan dari pelaku adalah keributan di masyarakat karena kepanikan tersebut.
"Tidak perlu menjadi panik, karena kepanikan itu yang diharapkan oleh pelaku teror. Teror itu bukan untuk membunuh orangnya," ujar Tito yang menambahkan pelaku teror butuh media untuk menyebarkan kepanikan di masyarakat.