Suara.com - Saksi mata bernama Andi (36) menceritakan peristiwa menegangkan yang terjadi di Masjid Falatehan, dekat lapangan Bhayangkara Polri, Jakarta Selatan, pada Jumat (30/6/2017), malam. Ketika itu, terjadi penikaman yang dilakukan oleh Mulyadi kepada dua anggota Brimob AKP Dede Suhatmi dan Briptu M. Syaiful Bakhtiar.
"Polisi yang menjadi korban penusukan berada di dalam masjid. Kejadian habis salat Isya," kata Andi ketika ditemui Suara.com di warung pecel lele yang berada di depan masjid, Senin (3/7/2017).
Andi tidak melihat secara ketika terjadi penusukan di dalam masjid. Tetapi, dia menyaksikan peristiwa ketika pelaku dilumpuhkan dengan senjata api oleh anggota polisi.
"Saya kan biasanya nongkrong di warung ini, tetapi hari jumat itu saya lagi pergi beli pulsa. Pas balik, tahu-tahunya udah ramai saja. Dan di lokasi kejadian pada diusir semua sama polisi-polisinya," ujar Andi.
Andi ketika itu melihat polisi memberikan tembakan peringatan kepada Mulyadi.
"Polisi kasih peringatan beberapakali, tiga kali atau empat kali. Tapi dia kabur, masih nantangin, habis itu baru ditembak ama polisinya," ujar Andi.
Andi mengatakan para saksi dibawa ke kantor polisi.
"Kalau mau lebih jelas lagi datang aja ke polsek, saksi-saksinya pada dipanggil ke polsek semua. Saksi yang dibawa ke polsek ada lima orang ada ustadz Jurned, suaminya ibunya yang dagang pecel A. Hamid, penjaga parkiran, biasa bersihin kamar mandi mesjid, satu lagi tidak tahu siapa," ujarnya.
Sebagian warga yang ditemui di sekitar masjid pada Senin (3/7/2017) terkesan masih ketakutan untuk memberikan keterangan wartawan.
“Saya cuma tahu doang," kata tukang ojek bernama Imam.
Suara.com kemudian mencari saksi lain di sekitar masjid.
Pedagang kelontong bernama Solihin (23) mengaku melihat kejadian pada malam itu. Bahkan, dia hampir jadi korban salah tangkap karena dikira anggota komplotan pelaku.
“Jadi saya hampir digebukin sama polisi, jadi sih pelaku itu di samping saya sambil lari-lari biasa kayak orang jogging sambil bawa-bawa pisau, saya disangka polisi komplotannya," kata dia.
Padahal, Sholihin bukan anggota komplotan. Dia berada di lokasi tersebut untuk berjualan.
"Saya cuma pedagang di sini. Karena memang di sini kejadian ramai banget sampai banyak yang nyebut astaghfirullah, astaghfirullah,” tutur Sholihin.
Sholihin beruntung tidak ditangkap polisi setelah dibela oleh pedagang-pedagang lain.
Sholihin mengatakan semenjak peristiwa itu, situasi di sekitar masjid menjadi sepi, terutama kalau malam hari. Padahal, biasanya ramai.
“Di sini jadi sepi kalau malem karena banyak warga yang takut, kalau siang sih masih ada yang lewat,” kata Sholihin.
Menurut pengamatan Suara.com, area sekitar masjid sekarang sudah tidak dijaga polisi. Di sekitar tempat kejadian perkara juga sudah tidak terlihat garis polisi. [Rani Febriyani dan Yunita]