O'Neill juga menceritakan detik-detik menegangkan saat ia bersama tim Navy Seal mendarat di luar kompleks persembunyian Osama. Kala itu, sambungnya, situasi masih sangat gelap.
Salah satu helikopter yang membawa unit ini terpaksa melakukan pendaratan, dan tim tersebut awalnya gagal masuk ke dalam kompleks.
Setelah ia bersama kompatriotnya melompat dari helikopter, mereka langsung menempelkan bom C-6 ke pintu gerbang kompleks tersebut dan meledakkannya.
Baca Juga: Sandiaga Ultah, Instagramnya Malah 'Dibanjiri' Ucapan HUT Ahok
"Kami segera menyeruak masuk, astaga, benar, ini adalah persembunyian Osama. Ini sangat keren. Kami mungkin tidak akan hidup, tapi ini bersejarah dan saya akan menikmati ini," terangnya.
Mereka lantas menyisir tiga lantai rumah persembunyian tersebut. Tim lantas mengikat setiap perempuan dan anak-anak yang ditemui. Belakangan diketahui, perempuan yang diikat tersebut adalah empat istri dan 17 anak-anak Osama.
O’Neill juga menceritakan menemukan putra bungsu Osama, Khalid, yang ketika itu berusia 23 tahun. Si bungsu kala itu tak tahu bahwa penyusup rumahnya itu adalah tentara AS.
“Seorang kawan saya yang pinta bahasa Arab lantas berteriak kepada Khaid. ’Khalid, ayo kemari’. Ketika kepala Khalid yang bersembunyi di belakang tangga muncul dan menjawab ’apa’, rekan saya langsung menembak kepalanya hingga mati,” ungkapnya.
Baca Juga: Joey, Musikus Jazz Cilik Indonesia Diundang ke 'All Stars' Paris