Jakarta, Tunggu Kami Kembali Selepas Magrib....

Reza Gunadha Suara.Com
Sabtu, 01 Juli 2017 | 11:25 WIB
Jakarta, Tunggu Kami Kembali Selepas Magrib....
Pemudik bersepeda motor melintasi jalur Pantura di Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (21/6). [Antara/Harviyan Perdana Putra]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Semula, kami ingin mudik dengan naik bus umum. Tapi, saya kesulitan mencari loket bus di Terminal Pulogebang," kata pria berusia 46 tahun yang tinggal di Pulogadung, Jakarta Timur itu.

Karyadi mengatakan, terminal Pulogebang masih banyak calo tiket bus yang seringkali memaksa calon-calon penumpang untuk tujuan jarak jauh, seperti Semarang, Solo, Yogyakarta, maupun Surabaya.

"Padahal, saya hanya turun di Indramayu. Tapi, saya dipaksa naik bus tujuan Jawa Tengah. Akses masuk ke terminal Pulogebang juga lebih sulit dibanding Pulogadung," kata pekerja pabrik konveksi di Tangerang itu.

Karyadi bersyukur karena mendapatkan pinjaman uang dari saudaranya untuk menambah uang muka kredit sepeda motor, sehingga dapat mudik ke kampung halamannya.

Baca Juga: Darah Brimob yang Ditikam Teroris Masih Membekas di Karpet Masjid

"Saudara saya merasa kasihan dengan kami karena tidak pernah pulang kampung sejak lima tahun. Saya dan istri pun puas dapat bertemu keluarga meskipun berbekal Rp700 ribu sisa uang kontrakan," kata pemudik yang sudah empat kali beristirahat sepanjang Indramayu-Karawang itu.

Meskipun sadar risiko berkendara sepeda motor untuk perjalanan jarak jauh, Karyadi mengatakan keinginan untuk bertemu keluarga dan sekadar memberikan selembaran uang Rp20 ribu kepada keponakan-keponakannya mengalahkan rasa khawatir selama perjalanan bolak-balik Jakarta-Indramayu.

"Saya menitipkan anak kami ke tetangga yang juga akan kembali ke Jakarta dengan bajaj. Kebetulan tadi kami papasan di jalan," kata pria yang baru dikaruniai putra setelah delapan tahun menikah itu.

Karyadi gembira sepanjang perjalanan arus balik ke Pulogadung walau berbekal oleh-oleh beras lima liter dan sekantong ikan asin dari Indramayu.

"Tentu saya memilih mencari nafkah di kampung sendiri dibanding harus berdesak-desakan di Jakarta. Tapi, lapangan pekerjaan di Indramayu tidak banyak. Saya hanya bersyukur karena badan masih sehat. Kalau ada rezeki, saya ingin membuka usaha di kampung," kata Karyadi yang akan kembali melintasi jalur-jalur arteri utara Jawa Barat bersama istrinya, Mursiah.

Baca Juga: Obama Datang, Pejabat Negara 'Banjiri' Kongres Diaspora Indonesia

Berbeda dengan Agus maupun Karyadi, Jumalih mengaku terpaksa berkendara roda dua mudik ke Kuningan, Jawa Barat, bersama anak dan istrinya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI