Keliling Pakai Bajaj, Wisatawan Ini Diperlakukan Kasar di Hotel

Reza Gunadha Suara.Com
Sabtu, 01 Juli 2017 | 10:37 WIB
Keliling Pakai Bajaj, Wisatawan Ini Diperlakukan Kasar di Hotel
[Facebook/Jericho Prasetyo]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - “Menilai isi buku dari sampulnya”, begitulah kritik yang ingin diutarakan Jericho Prasetyo terhadap pegawai hotel bintang lima yang berada di bilangan Mangga Dua, Jakarta Pusat.

Kritik tersebut dilontarkannya melalui akun pribadi Facebook miliknya, Kamis (29/6/2017), setelah ia dan keluarganya mendapat perlakuan tak mengenakkan dari pegawai hotel tempatnya menginap.

Perlakuan tak mengenakkan tersebut terjadi ketika Jericho kembali ke hotel memakai bajaj, yang dipakainya dan anak-anak untuk berkeliling ibu kota.

Baca Juga: Fadli Zon Sesalkan Teror Terhadap Polsi Kembali Terjadi

Berikut kisah yang diceritakan oleh Jericho, wisatawan asal Semarang, Jawa Tengah:

Sangat disayangkan hotel mewah bintang melarang Bajaj masuk di lobi hotel. Kami sebagai tamu merasa tersinggung dan sangat tidak nyaman diperlakukan secara kasar, tanpa ada rasa hormat, baik kepada kami sebagai tamu maupun kepada sopir bajaj yang sudah lanjut usia.

Pihak hotel sangat tidak menghargai kami dengan cara mengusir secara tak sopan dan kasar.

Kejadian bermula dari keinginan anak kami untuk naik bajaj, karena di Semarang tidak ada bajaj. Karenanya, kami berinisiatif mencari bajaj agar anak-anak kami bisa jalan-jalan keliling sekitar hotel.

Kami memesan bajaj dan langsung bayar lunas agar bapak sopir bajaj senang mengantarkan kami serta anak-anak keliling daerah sekitar hotel.

Baca Juga: Demi Pergi Perang, Teroris Medan Rela Utang ke Bank Rp20 Juta

Setelah berkeliling dan pulang ke hotel, bapak bajaj tidak berani masuk ke halaman depan lobi. Padahal, kami meminta sopir itu masuk dan mengantarkan kami sampai depan lobi, sehingga anak-anak bisa berfoto bersama bajaj di depannya.

Ketika sampai di depan halaman lobi, tanpa basa-basi, tanpa permintaan maaf dan penjelasan yang baik, pegawai Hotel itu menyuruh bajaj pergi dari lobi.

Padahal, di depan hotel itu tidak ada informasi atau rambu yang melarang bajaj masuk lobi hotel.

Sangat ironis sekali bahwa Pemprov DKI melestarikan Bajaj sebagai aset daerah dan menjadi maskot, tapi hotel itu tidak menghormatinya.

Apalagi dalam Bajaj ada tamu hotel. Seharusnya pihak hotel mempertimbangkan kembali peraturannya, karena ini menyangkut budaya seni Jakarta.

Anak saya tidak akan minta naik bajaj, jika bajaj itu ada di kota Semarang.

Namun, karena Bajaj adalah seni atau ciri khas kota Jakarta, maka kami naik Bajaj bukan karena mau pergi ke suatu tempat, tapi kami naik Bajaj karena ingin merasakan nikmatnya naik kendaraan khas kota Jakarta tersebut.

Kami datang ke Jakarta untuk berwisata, bukan bebisnis, sehingga Jakarta sudah seharusnya memikirkan wisata, termasuk Bajaj sebagai sebuah daya tarik wisata selain Ancol, Monas, dll.

Perlu dipertimbagan kembali oleh pihak Hotel melarang Bajaj masuk lobi, karena perizinan Hotel ada di bawah Dinas Pariwisata, sehingga pihak hotel harus tahu mana yang berhubungan dengan wisata, mana yang sekedar bisnis semata. 

Testimoni Jericho tersebut kekinian menjadi viral. Sampai Sabtu (1/7/2017), tulisan Jericho tersebut sudah lebih dari 8.000 kali disebar ulang.

 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI