Kisah Rut, Meninggal Dunia di Kamar Kos yang Sepi

Siswanto Suara.Com
Rabu, 28 Juni 2017 | 06:30 WIB
Kisah Rut, Meninggal Dunia di Kamar Kos yang Sepi
Jenazah penghuni kos di Jalan Tawakal 9, Grogol, Pertamburan, Jakarta Barat [suara.com/Yunita Susan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Semenjak Rut (57) ditemukan meninggal dunia di kamar rumah kos, Jalan Tawakal 9, nomor 24, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada Senin (26/6/2017), rumah tersebut kosong. Selain karena memang sebagian orang mudik, sebagian orang lagi yang kebetulan tidak mudik kini takut tidur di kamar masing-masing.

Kondisi kamar kos Rut sekarang masih terdapat garis polisi. Barang-barang berharga Rut masih berada di dalam di dalam kamarnya. Belum ada anggota keluarga yang mengambil.

Rut berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Dia lahir pada tahun 1960 dan belum berkeluarga. Dia karyawan di perusahaan swasta.

Perempuan tersebut sudah tinggal di rumah kos sejak 30 tahun yang lalu.

“Saya tetangganya. Tiap sore dia kemari, pulang kerja belum ke kosan, sudah mampir dulu ke sini. Biasanya dia tiap malam, nggak mandi pasti ke sini,” ujar tetangga baik Rut bernama Seioka (55) pada Selasa (27/6/2017).

Pertemuan mereka di Superindo, Roxy Square, Jakarta Barat, pada hari Kamis pekan lalu, ternyata menjadi pertemuan yang terakhir kali.

“Kamis kan sama-sama ketemu di Superindo buat belanja. Kamis itu terakhir saya melihat dia. Saya kan mau kasih daun sedikit, waktu Kamis malam tanggal 22 di Superindo dia baru dapat sedikit, Rut bilang kok saya nggak kebagian. Saya ajak Rut tuh ke pasar, kan libur tanggal 23, mau nggak ke pasar barengan? Nggak ah males katanya gitu," ujar Seioka ketika ditemui Suara.com tengah berdiri di depan pagar.

Seioka dan ibunya, Minglan (85), terkenang tiap sore hari Rut selalu mampir ke rumah. Mereka sebenarnya mulai bertanya-tanya semenjak hari Jumat sore Rut tidak mampir.

Seioka mengungkapkan Rut memang tidak mudah terbuka dengan setiap orang. Meski sudah lama kenal, Rut tidak pernah menceritakan keluarganya.

”Di Cirebon orangtuanya memang sudah nggak ada. Pokoknya cuma ada koko yang tinggal di Mandala. Kokonya nggak tahu kerja apa. Dia orangnya tertutup sih ya,” kata Seioka.

Sakit

Rut mengidap sejumlah penyakit. Kalau soal ini, Seioka tahu dari cerita Rut.

“Dia memang banyak penyakit, ada diabetes, darah tinggi, kolestrol, dan pernah koma, dulunya kan pernah stroke dia udah lama tahun kemarin,” ujar Seioka.

Semenjak pekan lalu atau menjelang hari Lebaran, rumah kos tersebut sepi karena ditinggal mudik sebagian besar penghuni, termasuk karyawan rumah.

“Mbak kosnya pas lagi pulang kampung, Anak-anak kos tinggal bertiga, Jenny, Rut, dan satunya cowok,” ujar Seioka.

Seioka mengatakan semenjak tahun lalu, Rut tidak pulang ke kampung. Seioka tahu itu karena biasanya setiap kali mau pergi ke luar kota, Rut selalu berpamitan.

Jenny dan Rut merupakan teman akrab. Mereka suka cari makan berdua. Pada hari Jumat, Rut mengajak Jenny buat cari sarapan.

"Rut bilang ya udah keliling aja dulu. 'Ya udah aku ganti baju dulu,' kata Jenny. Sesudah ganti baju kok nggak ada si Rut-nya. Apa mungkin udah jalan dulu. Kirain Jenny, Rut udah nggak sabaran nunggu dan pergi dulu," kata Seioka yang mendapatkan cerita dari Jenny.

Ternyata pada Jumat pagi itu menjadi dialog yang terakhir Rut dan Jenny. Semenjak itu, Rut tidak terlihat lagi.

"Dari kemarin hari Sabtu itu sudah agak bau-bau, kirain bangkai tikus," kata Seioka.

Kamar yang ditinggali oleh Rut semenjak hari Jumat malam selalu dalam keadaan gelap gulita.

Sampai akhirnya peristiwa hari Senin itu.

“Jenny senin itu langsung ke ibu, si Rut aku senter kakinya hitam semua bengkak begitu, kata Jenny. Di kamarkan mati lampu, disenter ama si Jenny. Lalu kakinya kok bau banget. Aku ngintip nggak kelihatan. Langsung lapor ke RT, RT-nya nggak berani langsung didobrak, takutnya kan kenapa-kenapa,” ujar Seioka.

Suami Seioka bernama Acin (50) merupakan salah satu saksi yang ikut mendobrak pintu kamar Rut.

“Meninggalnya di ranjang dengan posisi tidur. Mungkin serangan jantung atau apa kita nggak tahu,” ujar Acin.

Acin mengatakan meskipun warga tahu, ketika itu tidak ada yang berani mendobrak pintu.

“Soalnya kalau nggak ada polisi kana kita nggak berani mendobrak. Takutnya kan ada apa-apa entar kita yang menanggung lagi. Kecuali kalau pemilik kos dia ada kunci dia baru boleh buka. Punya kos kan berhak buka, kalau kita kan gak berhak buka. RT saja nggak berani dobrak. Yang panggil polisi itu RT. Kalau ada kejadian dia pasti calling dong ke pos keamanan, dari keamanan disini pasti lapor, ada kejadian begini kan. Polisi datang saja nggak langsung dobrak, tunggu perintah komandan lagi dia. Dari komandan aja dia baru berani mendobrak,” ujar Acin.

Acin kemudian menceritakan kondisi Rut saat pertamakali ditemukan.

“Saya lihat, nggak kepikiran buat foto. Spontan kan lihatnya. Hitam semua dari ujung kepala sampai ujung kaki, mulut sama hidung menyatu. Udah nggak berbentuk muka,” ujar Seioka dengan nada takut.

Berikutnya, warga dan petugas sempat kesulitan untuk menghubungi anggota keluarga Rut.

Seioka mengatakan saat itu ia ingin mencari kontak keluarga Rut di telepon seluler. Tetapi ternyata tidak ada nomor yang disimpan.

“Nomor HP dihapus semua ama dia, kita nyarinya kan juga bingung. Maksudnya dari HP dia kan nomor telepon keluarga kan pasti ada. Akhirnya untung suami saya lihat SMS yang kotak masuk. Cuma nomornya doang nggak ada nama. Kita meraba-raba dong, kita hubungi satu-satu. Ada yang dari toko plastiklah. Lalu ada SMS yang pakai bahasa Jawa, mungkin ini nih dan kita teleponin, ternyata bener itu adalah kokonya,” ujar Seioka.

Rut telah dimakamkan pada hari Selasa pagi tadi di TPU Pondok Rangon. (Yunita Susan)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI