Kamar yang ditinggali oleh Rut semenjak hari Jumat malam selalu dalam keadaan gelap gulita.
Sampai akhirnya peristiwa hari Senin itu.
“Jenny senin itu langsung ke ibu, si Rut aku senter kakinya hitam semua bengkak begitu, kata Jenny. Di kamarkan mati lampu, disenter ama si Jenny. Lalu kakinya kok bau banget. Aku ngintip nggak kelihatan. Langsung lapor ke RT, RT-nya nggak berani langsung didobrak, takutnya kan kenapa-kenapa,” ujar Seioka.
Suami Seioka bernama Acin (50) merupakan salah satu saksi yang ikut mendobrak pintu kamar Rut.
“Meninggalnya di ranjang dengan posisi tidur. Mungkin serangan jantung atau apa kita nggak tahu,” ujar Acin.
Acin mengatakan meskipun warga tahu, ketika itu tidak ada yang berani mendobrak pintu.
“Soalnya kalau nggak ada polisi kana kita nggak berani mendobrak. Takutnya kan ada apa-apa entar kita yang menanggung lagi. Kecuali kalau pemilik kos dia ada kunci dia baru boleh buka. Punya kos kan berhak buka, kalau kita kan gak berhak buka. RT saja nggak berani dobrak. Yang panggil polisi itu RT. Kalau ada kejadian dia pasti calling dong ke pos keamanan, dari keamanan disini pasti lapor, ada kejadian begini kan. Polisi datang saja nggak langsung dobrak, tunggu perintah komandan lagi dia. Dari komandan aja dia baru berani mendobrak,” ujar Acin.
Acin kemudian menceritakan kondisi Rut saat pertamakali ditemukan.
“Saya lihat, nggak kepikiran buat foto. Spontan kan lihatnya. Hitam semua dari ujung kepala sampai ujung kaki, mulut sama hidung menyatu. Udah nggak berbentuk muka,” ujar Seioka dengan nada takut.
Berikutnya, warga dan petugas sempat kesulitan untuk menghubungi anggota keluarga Rut.