Gencatan senjata antara pasukan pemerintah Filipina dengan pemberontak pro-ISIS di Kota Marawi hanya berlangsung sesaat. Setelah delapan jam terhenti untuk menghormati warga yang merayakan Idul Fitri, pada Minggu (25/6/2017), pertempuran kembali pecah.
Dilansir dari Asiaone, gencatan senjata yang berlangsung sejak pukul 6.00 pagi hingga pukul 14.00 waktu setempat, dimanfaatkan relawan sipil dan anggota Moro Islamic Liberation Front (MILF) untuk mengevakuasi warga yang terperangkap di zona perang.
Selama gencatan senjata berlangsung, tak berarti tak terjadi baku tembak. Sejumlah penembak runduk pemberontak yang bersembunyi di kantung pertahanan pemerintah masih melancarkan serangan pula.
Wakil Sekretaris Proses Perdamaian Dickson Hermoso mengatakan, para relawan mempertaruhkan nyawa mereka untuk mengevakuasi warga yang terjebak di tengah pertempuran. Mereka berhasil menyelamatkan lima orang, termasuk seorang bayi perempuan. Sementara itu, orang keenam, seorang lansia bernama Hassan Ali, meninggal dunia sebelum diselamatkan, akibat stroke yang ia derita sejak enam pekan silam.
Sebelumnya diberitakan, Jenderal Eduardo Ano, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina mengatakan bahwa pasukannya akan melakukan gencatan senjata kemanusiaan pada Idul Fitri.
“Kami menunda operasi di kota ini pada hari ini sebagai penghormatan kami terhadap Agama Islam,” kata Ano dalam sebuah pernyataan.
Pada kesempatan lain, Brigadir Jenderal Restituto Padilla, kepada AFP, mengatakan bahwa gencatan senjata ini secara umum berjalan sukses, meskipun ada sedikit baku tembak di pagi hari dan beberapa menit selepas pukul 14.00.
Setelah gencatan senjata berakhir, peperangan kembali pecah. Suara rentetan senapan mesin dan ledakan mortir terdengar lagi di seantero kota.
Sejak tanggal 23 Mei hingga kini, pertempuran di Marawi telah menewaskan 280 pemberontak, 69 tentara, dan 26 warga sipil. Pertempuran ini berawal dari upaya penangkapan pemimpin Abu Sayyaf, Isnilon Hapilon, yang menyatakan sumpah setia kepada kelompok ISIS. (AsiaOne)