Dia mengatakan akan pulang ke Tegal seminggu setelah hari-H.
"Pulang lebaran, lebaran seminggu baru pulang, pulang lebaran sama anak-anak. Biasanya naik bis, saya nggak suka naik kereta," tuturnya.
Sunarti dulunya seorang pedagang makanan kecil di sekitar TPU Karet Bivak. Dia menjadi perawat setelah suaminya meninggal dunia.
"Tadinya dagang, ahli waris nggak mau dipegang sama orang lain. Maunya istrinya, dibilang kan ada istrinya, lalu saya dipanggil. Gimana namanya juga bekas dari laki, jadi saya mau pegang. Kalau punya orang saya gak berani, di sini kalau punya orang nggak boleh sembarangan ngurus soalnya sudah masing-masing bagian," tuturnya.
Suami Sunarti meninggal dunia tiga tahun yang lalu. Kini dia menjadi tulang punggung keluarga.
"Tadinya pedagang dan suami saya kerja rawat makam. Suami saya meninggal. Ahli warisnya turun mintanya sama saya karena saya istrinya," tutur Sunarti.
Ketika ditemui Suara.com, Sunarti sambil bekerja memotong rumput.
Suami Sunarti semasa hidup bekerja menjadi perawat sejak tahun 1982.
"Saya kerja dari jam enam pagi, pulang jam enam. Sehari urusin paling delapan makam. Kalau nggak panas gini 10 bisa," tuturnya.
Alat-alat yang dibutuhkan untuk merawat makam, kata Sunarti, beli sendiri. Setahun biasanya dia beli dua kali gunting rumput. Setiap gunting harganya Rp100 ribu. Kemudian sapu lidi. Untuk sapu lidi, seminggu harus diganti yang baru.