Tantangan Cheerleader Muslim Berpuasa di Amerika

Jum'at, 23 Juni 2017 | 13:35 WIB
Tantangan Cheerleader Muslim Berpuasa di Amerika
Ilustrasi Cheerleader. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berpenampilan seksi dan energik tetap dilakoni Danya Issawi di Ramadan 2017. Dia adalah seorang pemandu sorak olahraga atau cheerleader.

Issawi, siswi sekolah menengah atas (SMA) di salah satu sekolah di Kansas, Amerika Serikat. Di Ramadan ini, jadi momen pertama Issawi bergabung di salah satu grup pemandu sorak terkenal di kota itu.

"Saya berpuasa. Saya Muslim, dan ini bulan Ramadhan. Saya tidak makan atau minum dari matahari terbit sampai matahari terbenam," kata Issawi di depan teman-temannya saat makan siang.

Menjadi pemandu sorak memerlukan fisik yang lincah dan energik. Lantai kayu di pusat kebugaran sekolah itu terasa sejuk, namun Ramadan kali ini bertepatan dengan musim panas di Kansas.

Baca Juga: Kerja Sambil Ditemani "Cheerleader" Cantik? Mungkin Cuma di Sini

Kepala Issawi terasa sakit karena suhu ruangan yang panas. Namun itu bukan halangan untuk Issawi tetap menahan haus. Dia sudah terbiasa berpuasa sejak usia 7 tahun.

Perempuan berdarah Arab-Amerika itu pun sudah terbiasa berpuasa di tengah teman-temannya yang non muslim. Bahkan satu ketika orangtuanya membolehkan untuk tidak berpuasa karena kasihan.

"Orang tua saya tidak memaksa saya untuk berpuasa. Tapi saya tetap bangun pukul 04.00 pagi untuk makan dan minum," kata dia.

Issawi sempat takut dengan sebuah penelitian di Amerika Serikat yang menyatakan sebagian besar orang AS Islamophobia. Sebaliknya, dia merasakan teman-temannya sangat menghormati keyakinannya sebagai muslim.

"Tidak ada yang anti-muslim," kata dia.

Baca Juga: California Tetapkan Upah Minimum untuk Cheerleader

Sebagai muslim, banyak juga yang meragukan sikap kebebasan berpakaian Issawi. Sebagai pemandu sorak, berpakaian minim adalah identitas. Namun bertolak belakang sebagai muslim.

Menurut Issawi, itu bukan persoalan.

"Sebagai seorang Muslim, saya seharusnya mempraktikkan kerendahan hati. Saya diajari untuk menunjukkan kepada dunia apa yang mampu saya lakukan dengan pikiran dan kata-kata saya, bukan dengan fisik saya. Aku mencintai seragamku. Bagi saya, itu adalah simbol kekuatan fisik dan mental saya," tutupnya. (dallasnews)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI