Suka Duka Bekerja Menjadi Porter Stasiun Gambir

Siswanto Suara.Com
Rabu, 21 Juni 2017 | 21:10 WIB
Suka Duka Bekerja Menjadi Porter Stasiun Gambir
Porter Stasiun Gambir bernama Muhamat Mujaidin [suara.com/Rani Febriyani]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Siapa yang tidak tahu jasa porter di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat. Jasa mereka selalu dibutuhkan, apalagi pada masa mudik Lebaran seperti sekarang. Mereka sangat meringankan beban masyarakat yang membawa barang-barang berat.

Bagaimana kehidupan mereka sekarang di tengah himpitan ekonomi dan persaingan kerja? Porter bernama Muhamat Mujaidin bercerita ketika ditemui Suara.com di Stasiun Gambir, pada Rabu (21/06/2017).

Lelaki berusia 30 tahun itu berprofesi sebagai porter sejak sepuluh tahun yang lalu.

“Awal jadi porter memang karena di kampung saya nggak ada pekerjaan, dan akhirnya saya pun merantau ke Jakarta untuk bekerja. Dan mungkin jalan Tuhan saya kerja di sini,” tuturnya.

Penghasilan dari bekerja sebagai porter tidak banyak, tetapi cukup untuk hidup sederhana.

Dia bersyukur meskipun belum bisa membeli rumah sendiri di Ibu Kota, tetap mampu secara rutin mengirimkan uang untuk keluarga di kampung halaman.

“Penghasilan biasanya saya kasih ke kampung buat emak, jadi sebisa mungkin saya irit-irit hidup di Jakarta, soalnya kalau boros di sini biasanya keteteran dan juga kadang saya kerja sampai 24 jam dari jam delapan pagi sampai jam delapan pagi lagi,” kata Muhamat.

Dia menjalani pekerjaan dengan ikhlas. Dengan keikhlasan itulah, dia bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan hidup.

Dia bahagia bukan hanya karena bisa berbagi nafkah dengan orangtua di kampung, tetapi sebagian penghasilannya juga bisa untuk membantu biaya sekolah adik-adiknya.

"Ya walaupun sehari dapat dikit dan nggak tetap penghasilannya, saya masih bisa membiayai uang sekolah adik-adik saya, dan saya juga bersyukur masih mempunyai pekerjaan walaupun tidak tetap,” kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI