Suara.com - Wakil Ketua Panitia Khusus Angket KPK Taufiqulhadi menegaskan DPR akan memanggil tersangka kasus pemberian keterangan palsu dalam persidangan perkara korupsi Kartu Tanda Penduduk berbasis elektronik (e-KTP).
Hal ini menanggapi pernyataan Miryam yang sudah mengakui dirinya tidak ditekan oleh sejumlah Anggota Komisi III DPR yang saat ini menjadi Anggota Pansus Angket KPK.
"Kan tidak ada apa-apa (mengakui). Tapi tetap aja kita akan panggil. Belum ada keputusan lain, sampai hari ini, tetap akan kami panggil," kata Taufiqulhadi dihubungi suara.com, Jakarta, Rabu (21/6/2017).
Politikus Nasdem ini menambahkan, sampai hari ini Pansus belum mengubah keputusan sebelumnya yaitu tetap melayangkan pemanggilan Miryam. Pemanggilan kedua ini dilakukan setelah KPK tidak mengizinkan Miryam hadir pada panggilan pertama.
"Belum ada perubahan (tetap memanggil miryam). Kecuali kalau ada keputusan di dalam rapat. Kalau sampai hari ini belum ada rapat, dengan demikian tetap, kami akan memanggil Ibu Miryam," tutur Taufiqulhadi.
Pemanggilan kedua Miryam akan diagendakan dalam rapat Pansus selanjutnya setelah KPK mengirimkan surat yang isinya menolak menghadirkan Miryam.
Pemanggilan ini dilakukan untuk mengkonfirmasi surat dari Miryam yang mengaku tidak ditekan oleh sejumlah anggota DPR. Surat ini disampaikan dalam rapat perdana Pansus Angket KPK yang memutuskan susunan pimpinan Pansus.
Surat Miryam ini dikirimkan ke Pansus Angket KPK dan diterima oleh Anggota Pansus Angket KPK Masinton Pasaribu. Surat in ditulis tangan dan ditandatangani serta diberikan materai Rp6.000.
Baca Juga: Wakil Pansus Angket KPK: Polri Tak Bisa Tolak Jemput Miryam
"Saya yang bertanda tangan di bawah ini, nama Miryam S Haryani, dengan ini saya menyatakan bahwa saya tidak merasa ditekan atau diancam oleh Bapak Bambang Soesatyo, Bapak Azis S, Bapak Masinton Pasaribu, Bapak Syarifuddin Sudding dan Bapak Desmond terkait pencabutan BAP saya pada persidangan tanggal 23 Maret tahun 2017 dan 30 Maret 2017 di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta atas nama terdakwa Irman dan Sugiharto. Demikian surat pernyataan ini dengan sebenarnya dan tanpa ada paksaan," isi surat tersebut.
Hari ini, Rabu (21/6/2017), Miryam mengakui dirinya yang menulis surat tersebut. Surat tersebut ditulis di dalam rumah tahanan tempat dia ditahan. Tulisan ini dia buat sekira satu atau dua minggu lalu.