Kisah Kartu Lebaran dari Zaman Cetak ke Generasi WA

Siswanto Suara.Com
Selasa, 20 Juni 2017 | 06:20 WIB
Kisah Kartu Lebaran dari Zaman Cetak ke Generasi WA
Penjual kartu ucapan dan angpao lebaran di Kantor Pos Pusat, Jakarta, Jumat (1/7). [suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Kesan jelas surprise ketika dapat kartu, kalau sekarang kayak chat biasa," tutur lelaki berusia 32 tahun.

Tak mengenal kartu Lebaran berperangko

Setelah tahun 2000-an, ketika internet bisa begitu mudah diakses, kartu Lebaran dianggap sebagai barang kuno. Anak-anak generasi ini, mayoritas tak lagi memakai cara lama. Mereka memilih cara yang lebih simple yaitu mengirimkan lewat berbagai aplikasi yang tersedia di mobile phone.

"Di era digital saat ini kartu tersebut semakin ditinggalkan oleh orang-orang. Bahkan, ada yang sama sekali belum pernah merasakan menggunakan kartu itu. Karena saat ini melalui gadget seseorang dengan mudah bisa berkomunikasi satu sama lain. Seperti saya," kata alumnus UPN Veteran Jakarta Adi Prasetyo.

Melalui gadget seseorang bisa lebih cepat menyampaikan ucapan kepada orang lain tanpa batas ruang dan waktu.

"Berbeda dengan kartu Lebaran yang harus dikirim melalui pos untuk bisa sampai ke tempat tujuan dan tentunya makan waktu cukup lama. Sedangkan melalui gadget, kita tidak hanya bisa mengirimkan ucapan berbentuk tulisan ataupun telpon. Dengan handphone yang ada saat ini, kita bisa melihat teman ataupun saudara dengan menggunakan layanan video call yang sudah ada di gadget kita," katanya.
Adi mengatakan generasinya sudah tidak berminat dengan kartu Lebaran berbentuk cetak.

"Masyarakat lebih memilih cara modern karena dianggap lebih efisien ketimbang kartu Lebaran yang sudah tertinggal oleh zaman," katanya.

Mahasiswi Universitas Tarumanegara Jakarta Rani Febriani juga demikian.

Dia mengatakan sekarang ini pengiriman ucapan Idul Fitri lebih sederhana, cepat, dan murah.

"Karena teknologi dan sosial media sudah berkembang di zaman era globalisasi jadi jarang umat muslim untuk mengucapkan selamat Idul Fitri melalui kantor pos karena lewat pos kadang terlambat dan tidak sesuai ekspektasi," kata dia.

Rani mengatakan sosial media memungkinkan semua pesan terkirim saat itu juga. Bahkan, kata dia, sekarang banyak aplikasi video call gratis.

"Orang lebih mudah mengucapkan selamat Idul Fitri kepada rekan-rekannya di luar kota ataupun luar negeri karena prosesnya yang cepat hanya itungan detik dan lewat media sosial kita bisa video call dengan rekan kita bisa melihat secara visual keadaan rekan atau kerab saudara yang diajak bicara," kata dia.

Makanya, sekarang ini sering muncul meme untuk mengukur diri apakah tergolong generasi tua atau muda. Jika kita mengakui pernah mengalami masa-masa memakai kartu lebaran kertas, itu tandanya jangan mengaku generasi muda lagi.

 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI