Klinik Berhenti Merokok
Sudah 20 tahun lebih Klinik Berhenti merokok di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur beroperasi. Ratusan orang berhasil 'tobat' dari bahaya rokok. Meski begitu, perjalanan klinik itu 'kembang kempis' mengikuti kesadaran untuk berhenti merokok.
Klinik yang terletak di Griya Puspa di lantai dua Rumah Sakit Persahabatan itu beroperasi tahun 1990. Tapi sempat berhenti beroperasi. Pada 7 November 2008, klinik itu kembali diaktifkan dengan lebih serius.
Tim khusus dibentuk oleh RS Persahabatan, mulai dari dokter spesialis sampai alat terapinya. Dokter spesialis yang tergabung tidak main-main, mulai dari spesialis paru-aru sampai spesialis kejiwaan.
Dalam pengobatannya klinik ini memberikan 3 jenis layanan. Di antaranya konseling, hipnoterapi, dan bantuan obat. Klinik menargetkan 3 bulan, korban sudah bisa lepas dari pengaruh rokok. Sebelum memulai proses penyembuhan dari ketergantungan, pasien harus menandatangani surat perjanjian. Isi perjanjian itu intinya komitmen melakukan terapi sampai sembuh.
Salah satu dokter di klinik tersebut yang juga dokter spesialis paru, Feni Fitriani Taufik. Dia mengatakan bahwa efek candu yang dialami para perokok disebabkan oleh kandungan nikotin dalam rokok. Kandungan inilah yang menurutnya bertanggung jawab atas segala keluhan yang dirasakan seseorang saat mencoba melepaskan diri dari rokok.
"Nikotin sama kayak narkoba adiksinya. Bisa membuat orang jadi 'hilang akal', gangguan mood, meriang, dan demam saat berhenti. Tapi sifat keluhan ini hanya sementara," ujar Feni.
Ketidaknyamanan yang dirasakan seseorang saat berhenti merokok ini biasanya hanya terjadi selama empat pekan. Sayangnya banyak yang tak tahan sebelum masa empat minggu, sehingga gagal berhenti merokok.
Di RS Persahabatan sendiri, menurut Feni, hampir 50 persen pasien yang datang memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap rokok. Kebanyakan dari mereka datang dengan penyakit kronis seperti jantung, kanker paru, kanker nasofaring, gangguan pernapasan saluran atas, dan stroke akibat kebiasaan tak sehat yang dijalani.
"Untuk itulah kami juga memiliki klinik berhenti merokok yang akan membantu mereka melepaskan diri dari ketergantungan akibat rokok. Kami akan mencari tahu ketergantungan ini dominannya karena adiksi-kah, ajakan di lingkungan sosial-kah, atau penyebab lainnya," tambahnya.
Di Klinik Berhenti Merokok ini, lanjut dia, perokok akan diberikan motivasi untuk membuatnya mau melepaskan diri dari rokok. Selain itu pemberian obat-obatan sebagai terapi juga akan dilakukan jika dirasa gejala kecanduan sudah berat.
"Karena yang terlibat di klinik ini adalah tim, jadi tidak hanya dokter paru saja, ada psikiatri, dokter gigi, agar penangannnya terintegrasi. Durasi terapi sekali datang biasanya juga hanya 30 menit," tambahnya.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah perokok di Indonesia menempati posisi ketiga besar di dunia, setelah Cina dan India. Data lainnya dari Atlas Pengendalian Tembakau ASEAN, ada 20 juta anak Indonesia terpapar rokok.
Dari data WHO tahun 2002, sebanyak 188.100 kasus kematian akibat kanker di Indonesia paling tinggi ketujuh di antara 192 negara. Sementara kematian akibat penyakit kardiovaskular ada 468.700 kasus (di peringkat keenam tertinggi), lainnya karena penyakit saluran pernafasan ada sebanyak 109.700 kasus (tertinggi keempat).
Lebih dari 120 juta orang bangkrut jika salah satu anggota keluarga menderita penyakit serius, seperti penyakit terkait tembakau pada kardio-vaskular atau kanker. Mereka merogoh kocek dari kantong pribadi untuk membayar perawatan kesehatan.