Suara.com - Suriah adalah tanah yang dijajikan oleh Khalifah Abu Bakr Al-Baghdadi sebagai surga untuk orang-orang yang berbaiat kepadanya. Tapi ternyata, janji tersebut tak lebih dari “ansor” atau “angin sorga” alias penipuan. Ribuan jadi korban, termasuk Nur, gadis berusia 19 tahun asal Indonesia.
Nur, begitulah gadis itu memperkenalkan dirinya kepada wartawan Agence France-Presse, Ayhem Al-Mohammad, yang menemuinya di kamp pengungsian Ain Issa, Suriah, Rabu (14/6/2017).
Ia mengakui berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan kekhalifahan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), bersama sang ayah dan saudara lelakinya, tahun 2015 silam.
Saat kehidupan Nur dan keluarganya terhimpit beban ekonomi di tanah air, mereka seakan mendapat ilham untuk “hijrah” ke Suriah setelah melihat foto dan video kedigdayaan serta kenikmatan hidup di wilayah ISIS.
Baca Juga: Orang Rela Antre Demi Uang Receh Lebaran, Ini Tipsnya!
“Melalui internet, Daesh (ISIS) mengajak hijrah ke Raqa, Suriah, untuk hidup sejahtera di bawah kepemimpinan khalifah. Ayah dan saudara lelakiku tertarik, karena mereka dijanjikan pekerjaan tetap yang bergaji besar,” tutur Nur.
Namun, ketika mereka menjejakkan kaki di Raqa, segala kemalangan menimpa mereka.
”Mereka semua pembohong. Saat kami sampai di sini (Suriah) baru diketahui apa yang mereka perlihatkan di internet ternyata berbeda,” tutur Nur, menyesal.
Nasib tragis yang dialami Nur dan keluarganya di wilayah ISIS Suriah adalah, ayah dan saudara lelakinya dipenjarakan oleh ISIS.
”Ayah dan saudaraku dulu berpikir akan diberikan ISIS pekerjaan tetap dan gaji besar. Tapi ternyata, sesampainya di Raqa, mereka berdua dipaksa menjadi milisi ISIS. Mereka tak mau, sehingga dipenjarakan,” bebernya.
Baca Juga: Sandiaga Ingin Jenguk Ahok di Penjara Mumpung Bulan Penuh Maaf
Nur sendiri tak bebas dari teror ISIS. Ia mengakui harus terus bersembunyi karena banyak gerombolan ISIS yang mayoritas lelaki memburunya untuk dijadikan istri.
Ketika sang ayah belum dipenjara, setiap hari ada saja tentara ISIS yang bertandang ke rumah dan tanpa ba-bi-bu mengatakan ingin menjadikan dirinya istri.
“Umur pernikahan tentara ISIS rata-rata hanya dua bulan atau bahkan dua minggu. Setelahnya mereka bercerai dan mencari istri baru. Mereka datang ke rumah dan meminta kepada ayah agar bisa mengambilku,” ungkapnya.
Saudara lelakinya, juga sebelum dipenjara, kerapkali dihujani pertanyaan dari tentara ISIS: ”apakah kau punya suadara perempuan yang bisa kuperistri?”
"Benar, mereka (ISIS) setiap hari hanya membicarakan soal perempuan, perempuan, perempuan,” tukas Nur.
Penderitaan Nur di tanah yang dijanjikan khalifah akhirnya berakir ketika tentara Suriah menggempur Raqa.
Ia bersama ribuan warga Raqa lainnya mengungsi di kamp Ain Issa. Kekinian, nasibnya juga belum jelas.