Siapa Bilang Demokrasi Indonesia Jelek, Ini Penjelasan Ilmuwan AS

Kamis, 15 Juni 2017 | 06:30 WIB
Siapa Bilang Demokrasi Indonesia Jelek, Ini Penjelasan Ilmuwan AS
Kepadatan pemukiman penduduk terlihat dari ketinggian di salah satu kawasan di Jakarta, Rabu (28/9/2016). [Suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Institusi-institusi seperti sistem hukum, kata dia, menjadi kuat justru karena dites. Dan harus disadari juga bahwa lembaga semacam sekolah persiapan demokrasi tidak pernah eksis. Maka ia harus berkembang lewat proses, lewat pengalaman dengan demokrasi dari bulan ke bulan, tahun ke tahun. 

"Dalam hal ini, singkat dan dilihat oleh pemimpin politik dan masyarakat dan bisnis sangat penting dan menentukan," ujar Jeffrey.

Demokrasi Indonesai Zaman Orba

Jeffrey menilai Indonesia pernah gagal dalam berdemokasi pada zaman Orde Baru, di bawah pemerintahan Presiden Soeharto.  Selama 32 tahun, rezim tersebut samas ekali tidak ada persiapan untuk berdemokrasi.

"Ini adalah kegagalan paling besar dari rezim militer tersebut," kata Jeffrey.

Namun demikian, ia menyadari bahwa Militer memang adalah sistem pemerintahan dari atas ke bawah. Bukan sistem partisipasi dan musyawarah dari bawah. Ini wajar di dalam institusi meliter. 

"Kalau harus berperang, tidak mungkin musyawarah dan mufakat dulu antara panglima dan pasukan. Tidak masuk akal. Dan oleh karena itu demokrasi tidak bisa disiapkan oleh rezim seperi Soeharto dulu. Hanya ditunda saja. Dan makin ditunda, semakin terlambat proses pelajaran untuk menjadi demokrasi yang stabil dan bertahan," tutur Jeffrey.

Demokrasi Indonesia Pasca Reformasi

Menurut dia Indonesia hampir 20 tahun berpengalaman dengan berdemokrasi. Dalam sejarahnya tidak pernah sepanjang ini. Tentu ada yang bagus dan ada yang jelek. 

"Tetapi pada umumnya saya cukup terkesan dengan demokrasi di Indonesia. Sudah empat kali pemilihan umum untuk presiden, selalu ontime setiap lima tahun. Apalagi pemilihan umum di tingkat daerah. Violence dan kerusuhan hampir tidak ada. Meskipun dinamika politik tetap ada, tapi skalanya masih terbatas," kata Jeffrey.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI