Suara.com - Ilmuan Northwestern University, USA, Jeffrey Winters, terkesan dengan sistem demokrasi di Indonesia. Pasalnya, elit politik, institusi negara, dan masyarakat, begitu dewasa dalam proses berdemokrasi.
Meskipun, di satu sisi, dia sering mendengar keluhan bahwasanya demokrasi di negeri ini kacau atau rakyatnya belum cukup siap berpartisipasi karena pendidikannya kurang, terlalu gampang terbawa gerakan ekstrim, dan terbawa emosi.
Menurut dia, tidak ada masyarakat di dunia ini yang benar-benar matang berdemokrasi. Ia kemudian membandingkan proses yang terjadi di Amerika Serikat yang kemudian membawa Donald Trump sebagai presiden.
"Lihat hasil demokrasi di Amerika Serikat, mister Trump adalah hasil demokrasi yang membingungkan dan mengerikan. Jadi rakyat Indonesia harus menunggu berapa lama untuk seperti demokrasi Amerika? Dan hasilnya dari demokrasi mereka adalah Donald Trump," kata Jeffrey dalam seminar bertajuk Memotret Nasionalisme Baru Indonesia di Balai Kartini, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (14/6/2017)
Menurut dia rakyat Indonesia tidak mungkin memilih figur yang seaneh dan bebahaya seperti Donald Trump. Tetapi itu adalah hasil program dan proses demokrasi pemilihan umum yang mesti diterima.
"Kami sangat syok. Bahwa orang yang sebodoh Trump bisa menggantikan orang yang sepintar Obama dalam waktu yang singkat saja. Apakah sebaiknya reaksinya meletupi demokrasi saja karena produknya jelek? Tidak," ujar Jeffrey.
Sebagai warga negara yang demokratis, mereka yang tidak suka dengan Trump, tetap akan menjaga presiden itu. Namun di satu sisi, jika Trump bertindak di luar hukum dan konstitusi, mereka akan pakai prosedur untuk menurunkan dia dari posisinya.
"Dan mudah-mudahan dia belajar dari pengalamanya. Dan tidak diulangi lagi. Jadi itu proses pelajaran demokrasi," kata Jeffrey.
Secara terang-terangan, melalui komentarnya tersebut, Jeffrey mengaku tidak suka dari hasil demokrasi di negaranya karena memenangkan Trump. Namun, ia harus menerimanya. Dan akan mempersiapkan diri pada pemilihan umum selanjutnya, agar demokrasi yang ia anggap sebagai kesalahan itu tidak terulang lagi.
"Padahal saya ingin meletupi sistem dan menjatuhkan dia. Tapi saya tahu ini tidak bisa," ucap Jeffrey.
BERITA TERKAIT
Memaknai Butir Pancasila dan Lambangnya: Pondasi Kejayaan Bangsa Indonesia
31 Juli 2024 | 10:58 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI