Ketua Umum PBNU: Islam Adalah Nasionalisme
Buku Miqat Kebinekaan: Sebuah Renungan Meramu Pancasila, Nasionalisme dan NU sebagai Titik Pijak Perjuangan resmi diluncurkan.
Buku Miqat Kebinekaan: Sebuah Renungan Meramu Pancasila, Nasionalisme dan NU sebagai Titik Pijak Perjuangan resmi diluncurkan. Buku ditulis oleh Sekretaris Jendral Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Helmy Faishal dalam merespon berbagai persoalan nasioanlisme Kebinekaan Indonesia dari sudut pandang warga Nahdlatul Ulama.
Helmy menerangkan, kata Miqot diambil dari bahasa Arab dan memiliki dua arti, yakni berdasarkan dimensi waktu dan yang kedua berdasarkan dimensi ruang.
"Jadi dimensi ruang dan waktu yang ketemu jadi kebersamaan, itu yang menjadi Miqot Kebinekaan," kata Helmy di Auditorium PBNU, Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, Jumat (9/6/2017).
Baca Juga: Nasionalisme Mees Hilgers Diragukan, Exco PSSI Langsung Beri Komentar Pedas
Selain itu, Helmy mengatakan buku ini menjawab kegelisaan soal munculnya aliran yang mengatasnamakan Islam, padahal jauh dari nilai keislaman.
"Ada upaya maksaan kehendak baik dari gerakan politik, maupun dari gerakan yang seolah-olah ini atas nama Islam. Kita kenal ada gerakan ISIS yang kita ketahui sekarang, kalau kita ikuti perkembangan di Filipina, Malawi, ini mengkhawatirkan kita," kata dia.
Melalui buku ini, Helmy ingin mengedepankan Islam yang Rahmatan Lil 'Alamin. Islam yang mengajarkan kedamaian, Islam yang ramah bukan Islam yang marah, Islam yang mengajak bukan Islam yang mengejek, Islam yang merangkul bukan islam yang memukul.
"Itu suatu pandangan keagamaan. NU salah satu ormas terbesar dan ikut mendirikan republik ini, telah memberikan pondasi dalam kehidupan kemasyarakatan, keagaman," ujar Helmy.
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj mengapresi buku ini. Dia mengajak masyarakat Indonesia bangga lahir dan tinggal di tanah air dengan keberagaman suku, bahasa, dan agama.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Nasakom: Konsep Demokrasi Terpimpin Ciptaan Presiden Sukarno
"Kita merasa gembira mendapatkan penghargan dari tuhan, kita tinggal di Indonesia sudah disiapkan untuk hidup dari bangsa yang bhinneka," kata Aqil.
Mengutip Hasim Asy'ari, Aqil mengatakan Islam dan nasionalisme harus saling memperkuat dan tidak boleh dipertentangkan.
"Islam adalah nasionalisme, nasionalisme adalah Islam. Nasionalisme bagian dari iman," kata Aqil.