Qatar Dikucilkan Arab Saudi Cs, Media Al Jazeera Diserbu Peretas

Reza Gunadha Suara.Com
Jum'at, 09 Juni 2017 | 12:47 WIB
Qatar Dikucilkan Arab Saudi Cs, Media Al Jazeera Diserbu Peretas
Logo Al Jazeera. (Al Jazeera)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Korporasi media massa berskala internasional yang berbasis di Qatar, Al Jazeera, menjadi sasaran banyak peretas atau hacker.

Serangan melalui dunia maya tersebut terjadi setelah sejumlah negara teluk memutuskan hubungan diplomatik dan mengucilkan Qatar.

“Setelah Qatar diisolasi, kami mendapat banyak serangan dari para peretas. Tapi sementara ini, kami bisa menghadapi serangan-serangan berskala besar itu,” tutur karyawan senior Al Jazeera yang enggan disebut namanya kepada The Guardian, Jumat (9/6/2017).

Baca Juga: Fraksi Demokrat: Pansus Angket Justru Ganggu Kinerja KPK

Sejak awal pekan ini, sejumlah negara teluk memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Qatar dengan alasan negeri tersebut mensponsori sejumlah organisasi teroris.

Politik isolasi Qatar itu dimulai oleh Arab Saudi dan didusul Mesir, Bahrain, Uni Emirat Arab, Yaman, dan Libya.

Setelah itu, negara-negara sekutu Saudi lainnya seperti Maladewa, Mauritius, dan Mauritania, juga memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.

Termutakhir, Senegal dan Chad juga menyatakan dirinya mengikuti anjuran Saudi, yakni mengisolasi Qatar. Sementara Jordania tak memutuskan hubungan diplomatik, tapi  hendak mengurangi kerjasamanya dengan Qatar.

Politik isolasi itu berawal setelah kantor berita pemerintah Qatar memuat kritik Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani, terhadap Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Baca Juga: Cerita Persekusi di Abad 17, di Awal Islam Masuk ke Indonesia

Kritik sang Emir ditujukan kepada kebijakan isolasi AS terhadap Iran. Sheikh Tamim juga memuji Iran sebagai kekuatan Islam yang sejati karena melawan setiap penindasan.

Pernyataan Emir Qatar itu disebut tak disukai keempat negara yang merupakan sekutu utama AS di jazirah Arab. Apalagi, Iran dan Saudi terlibat “perang dingin” dalam memperebutkan pengaruh di Timur Tengah.

Alasan resmi Saudi dan ketiga negara lainnya mengisolasi Qatar karena negara tersebut mendukung aksi teroris di sejumlah wilayah.

Namun, alasan itu diragukan oleh pengamat. Kantor berita Rusia Today,  melaporkan perselisihan kedua negara itu sebenarnya dimulai pada 1995 karena faktor persaingan bisnis dan ekonomi, tepatnya ketika Qatar berhasil memproduksi gas alam cair (LNG).

Qatar kekinian merupakan produsen LNG terbesar di dunia. Revolusi LNG menjadikan Qatar sebagai salah satu negara dengan pendapatan perkapita tertinggi di dunia.

Saudi menganggap kekuatan ekonomi Qatar sebagai ancaman di kawasan Teluk Arab. Dengan gas yang melimpah, Qatar bisa melepas diri dari dominasi Saudi.

"Qatar dulu merupakan negara pelayan Arab Saudi. Namun kekayaan gasnya berhasil menjadi otonom dan merdeka," kata pengamat energi dari Baker Institute, Jim Krane di Rice University di Texas.

Qatar juga cukup dekat dengan Iran-musuh bebuyutan Saudi. Apalagi, kedua negara itu memiliki ladang gas bersama.

Keretakan Qatar dan Saudi memuncak setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump meminta Saudi dan negara-negara Timur Tengah mengisolasi Iran. Hal itu disampaikan Trump dalam kunjungannya ke Saudi bulan lalu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI