Pernyataan Emir Qatar itu disebut tak disukai keempat negara yang merupakan sekutu utama AS di jazirah Arab. Apalagi, Iran dan Saudi terlibat “perang dingin” dalam memperebutkan pengaruh di Timur Tengah.
Alasan resmi Saudi dan ketiga negara lainnya mengisolasi Qatar karena negara tersebut mendukung aksi teroris di sejumlah wilayah.
Namun, alasan itu diragukan oleh pengamat. Kantor berita Rusia Today, melaporkan perselisihan kedua negara itu sebenarnya dimulai pada 1995 karena faktor persaingan bisnis dan ekonomi, tepatnya ketika Qatar berhasil memproduksi gas alam cair (LNG).
Qatar kekinian merupakan produsen LNG terbesar di dunia. Revolusi LNG menjadikan Qatar sebagai salah satu negara dengan pendapatan perkapita tertinggi di dunia.
Baca Juga: Fraksi Demokrat: Pansus Angket Justru Ganggu Kinerja KPK
Saudi menganggap kekuatan ekonomi Qatar sebagai ancaman di kawasan Teluk Arab. Dengan gas yang melimpah, Qatar bisa melepas diri dari dominasi Saudi.
"Qatar dulu merupakan negara pelayan Arab Saudi. Namun kekayaan gasnya berhasil menjadi otonom dan merdeka," kata pengamat energi dari Baker Institute, Jim Krane di Rice University di Texas.
Qatar juga cukup dekat dengan Iran-musuh bebuyutan Saudi. Apalagi, kedua negara itu memiliki ladang gas bersama.
Keretakan Qatar dan Saudi memuncak setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump meminta Saudi dan negara-negara Timur Tengah mengisolasi Iran. Hal itu disampaikan Trump dalam kunjungannya ke Saudi bulan lalu.
Baca Juga: Cerita Persekusi di Abad 17, di Awal Islam Masuk ke Indonesia