Suara.com - Perdana Menteri Inggris sekaligus pemimpin Partai Konservatif (Tory) Theresa May didesak untuk mengundurkan diri, setelah hari pemungutan suara pemilihan umum (pemilu) parlemen berakhir.
Desakan tersebut diutarakan pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn. Pasalnya, dalam pemilu pada Kamis (8/6), Partai Tory dipastikan tak lagi mendapat mayoritas jatah kursi di parlemen.
"May telah kehilangan banyak kursi di parlemen, kehilangan pemilih, kehilangan dukungan, dan kehilangan kepercayaan diri. Aku pikir ini sudah cukup, saatnya anda pergi May," tegas Corbyn dalam pidato di hadapan pendukungnya, seperti dilansir AFP, Jumat (9/6).
Baca Juga: Djarot Senang Dapat Sumbangan 20 Ribu Buku untuk RPTRA
Corbyn dan Partai Buruh kekinian semakin kencang mendesak May mundur, setelah perhitungan sementara hasil pemilu legislatif menunjukkan tak ada partai mayoritas.
Partai Tory yang dipimpin May sebenarnya masih memimpin perolehan suara pemilu. Tapi, kaum konservertif diprediksi hanya mendapat 314 kursi dari total 650 kuri anggota parlemen. Sebelumnya, mereka berhasil mendapat 330 kursi parlemen.
Dalam sistem pemerintahan Inggris, partai yang ingin menguasai lembaga eksekutif atatau menjadi PM harus bisa sedikitnya memunyai 326 kursi di parlemen.
Sementara Corbyn dan Partai Buruh sukses menaikkan jumlah jatah kursi mereka di parlemen dengan menjadi pemenang kedua, yakni 266 kursi. Sementara 48 kursi parlemen lainnya direbut kaum nasionalis dan demokrat liberal.
Meski menjadi pemenang—merujuk sistem politik Inggris—Partai Tory tergolong kalah secara telak setelah May memutuskan negeri monarki konstitusional itu menyatakan diri keluar dari Uni Eropa tahun lalu.
Baca Juga: Urus Aduan Kriminalisasi Ulama, Komnas HAM Bertemu Wiranto
Sementara bagi Partai Buruh yang menjadi musuh bebuyutan Partai Tory, pemilu kali ini merupakan kemenangan besar mereka sejak era 1990-an.