Ceramah Haedar Nashir di Hadapan Jokowi dan Para Tokoh Nasional

Jum'at, 02 Juni 2017 | 19:33 WIB
Ceramah Haedar Nashir di Hadapan Jokowi dan Para Tokoh Nasional
Presiden Joko Widodo dan Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengatakanbulan Ramadan harus memperbanyak tali silaturahim dengan hati dan pikiran yang jernih. Ia mengibaratkan puasa sebagai perisai diri.

"Selain sebagai perisai diri, puasa juga disebut menahan diri. Saya tidak ingin secara rinci menyampaikan hikmah ramadan ini secara normatif keislaman, selain butir-butir hikmah yang bisa kita ambil," kata Haedar ketika berceramah dalam acara berbuka puasa bersama yang dihadiri Presiden Joko Widodo di kediaman Ketua MPR, Jalan Widya Chandra, Jakarta Selatan, Jumat (2/6/2017).

Kemudian dia menjelaskan hikmah Ramadan. Sebagai perisai diri. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa puasa itu perisai, maka janganlah engkau melakukan perbuatan keji.

"Kalau toh ada orang yang mengajak kita bertengkar di bulan Ramadan, katakan saja aku sedang berpuasa. ‎Spririt dari sunnah substansinya adalah ikhsan atau jiwa mulia," ujar dia.

Haedar mengatakan jiwa mulia itu sederhana. Nabi Muhammad memberikan contoh tiga hal. Yang pertama menyambungkan silaturahim dengan orang yang memutuskan silaturahim. Kemudian mendatangi orang yang membangun bentang untuk tidak berdialog.

‎"Kedua, engkau halalkan pihak yang mengharamkan diri kita atau apapun yang berkaitan dengan kita. Kita sering membalas orang dengan kenegatifan yang sama. Rasul mengajarkan, orang yang mengharamkan kita justru kita halalkan," tutur dia.

Ketiga, berbuat lemah lembut kepada orang yang membenci dirimu. Di bulan ini, kata dia, seorang muslim harus menaikkan derajat spiritualitasnya.

"Di tengah bulan Ramadan kita sungguh harus naik tangga spiritual kita sebagai tokoh-tokoh bangsa di negeri tercinta ini," kata Haedar di hadapan Presiden Jokowi beserta para menteri dan pejabat negara," kata Haedar.

"Bulan Ramadan 1945 kita memproklamirkan kemerdekaan. Bahkan butir dan rangting yang jatuh di kala malam itu tak pernah terjadi kecuali karena kuasa Allah SWT. Bung Karno mengatakan, kalau saya muslim, buka dada saya, di situlah Islam. Ki. Bagus Hadikusumo, kunci terakhir piagam Jakarta, saya‎ muslim dan saya bangsa Indonesia tulen," Haedar menambahkan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI