Suara.com - Mantan diktator Panama yang juga merupakan eks agen CIA, Manuel Antonio Noriega, akhirnya dijemput malaikat kematian pada usianya ke-83 tahun, Senin (29/5/2017) malam sekitar pukul 23.00 waktu setempat.
“Kematian Manuel Noriega menjadi akhir sebuah bab dalam sejarah kita. Anak-anak dan keluarga menguburkannya secara damai,” tulis Presiden Panama Jose Carlos Varela melalui akun Twitter, seperti dilansir The Guardian, Selasa (30/5/2017).
Sebelum meninggal, Noriega sempat dirawat secara intensif karena mengalami perdarahan seusai melakukan operasi otak, Maret 2017.
Baca Juga: Fahri Hamzah: Semua Fraksi Wajib Serahkan Nama Anggota ke Pansus
Noriega berada di tampuk kekuasaan sejak tahun 1983 sampai 1989. Sebelumnya, pada era 1970-an, ia ia menjadi agen CIA ketika institusi intelijen itu masih dipimpin George HW Bush.
Ketika menjadi agen CIA, ia mendapat bayaran USD110.000, karena berperan dalam menyetop peredaran narkotika dari Panama ke AS.
Tapi, belakangan, diketahui Noriega sebenarnya tak benar-benar patuh kepada CIA. Ia justru menjadi dalang peredaran narkotika Panam ke AS.
Ketika menjadi presiden, Noriega memerintah dengan “tangan besi”. Ia diketahui menjadi sosok di balik kematian sejumlah lawan politik dan aktivis.
Saat tak lagi menjadi presiden, Noriega ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara AS maupun Prancis. Setelahnya, ia juga mendekam di balik jeruji terungku Panama atas kasus pembunuhan politik.
Baca Juga: Pengungkapan Kasus Cyber Crime
Hingga kekinian, Noriega disebut sebagai salah satu contoh "tangan kotor" CIA dan pemerintah AS dalam percaturan politik dunia.