Suara.com - Otoritas Filipina mendesak milisi Islam yang merebut sebagian wilayah Filipian sebelah selatan untuk segera menyerah. Sebelumnya militer Filipina membombardir wilayah tersebut dengan serangan udara dan roket.
Seratus orang dikonfirmasi tewas dalam kontak senjata selama sepekan terakhir. Perang meletus pada Selasa pekan lalu saat kelompok bersenjata berbedera ISIS merebut kota Marawi, salah satu wilayah dengan populasi muslim terbesar di Filipina.
Presiden Rodrigo Duterte memberlakukan darurat militer di sejumlah wilayah seperti Mindanao yang dihuni 20 juta orang dan menyatakan ISIS sebagai ancaman nasional. Kendati demikian, milisi yang diperkirakan hanya berjumlah 100 orang bertahan dan melakukan perlawanan sengit.
"Kami minta mereka untuk menyerah. Masih ada kesempatan untuk meletakkan senjata kalian," kata jubir militer Filipina Brigadir Jenderal Restituto Padilla.
Baca Juga: 16 WNI Terjebak di Perang Militer vs ISIS di Marawi
"Jika kalian menyerah, tak akan ada lagi sipil yang jadi korban, dan atak ada lagi gedung yang dihancurkan," lanjut Restituo.
Pernyataan senada juga disampaikan jubir Presiden Ernesto Abella yang menyerukan kepada milisi untuk menghentikan teror kepada warga Marawi dan sekitarnya.
"Untuk mengurangi kerusakan yag terjadi, dan menghindari dampak yang bakal dialami warga sipil," ujar Ernesto.
Dua ribu orang disinyalir terjebak dalam perang pemerintah Presiden Rodrigo Duterte dengan kelompok milisi Islam di sebelah selatan Filipina selama sepekan terakhir.
Duterte diketahui memberlakukan darurat militer di sepertiga wilayah Filipina Selatan setelah pertempuran dengan milisi Islam meletus. Duterte klaim kelompok tersebut ingin mendirikan kekhalifahan Islam di Filipina.
Baca Juga: Mencekam, Begini Kondisi Terkini di Marawi
Perang kota dan serangan bom militer pemerintah Filipina tak mampu menyudahi perlawanan milisi do Marawi, salah satu kota dengan jumlah penduduk muslim terbesar di Filipina. Setidaknya, ada ribuan warga sipil yang terjebak dan tak bisa keluar dari Marawi akibat perang.
"Mereka meminta tolong lewat pesan singkat," kata jubir Komite Penanggulangan Krisis Provinsi Zia Alonto seperti dikutip AFP.
Pihak Palang Merah Internasional mengatakan ribuan orang menunggu ajal akibat kondisi ekstrim dan terjangan peluru.
"Saat kolega kami berbicara dengan mereka (warga sipil) kondisinya memang sangat sulit. Mereka kehabisan makanan, air, dan tidak ada listrik," Kata Martin Thalman Wakil Kepala ICRC Filipina yang berada di Marawi.
"Intesitas kontak senjata masih sering terjadi meski bukan senjata berat. Ini situasi yang sangat mengerikan bagi mereka. Banyak warga sipil yang mati terkena peluru, dan tak ada dokter yang bisa merawat mereka," tambahnya. [AFP]