Suara.com - Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan sebanyak 16 warga negara Indonesia (WNI) menjadi korban perang pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte dengan kelompok milisi yang berafiliasi dengan gerakan teroris ISIS di Marawi, Filipina Selatan. Mereka terjebak di sana akibat peperangan yang telah berlangsung sepekan ini.
"Jadi korbannya (WNI) ada 16 orang di tempat berbeda. 10 orang dalam satu tempat, kemudian enam orang lagi berada di tempat berbeda," kata Retno saat ditemui di komplek Istana Kepresidenan Bogor, Senin (29/5/2017) malam.
Atas hal itu, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri terus berkomunikasi dengan KJRI Davao City dan KBRI Manila. Selain itu pemerintah juga terus berkoordinasi dengan otoritas setempat.
"Kami secara internal juga melakukan koordinasi di sini, di dalam. Jadi saya bersama beberapa menteri terus melakukan koordinasi mengenai keberadaan WNI kita di Marawi City, dan satunya lagi di tempat berbeda sekira 3 jam dari Marawi City," ujar dia.
Baca Juga: Mencekam, Begini Kondisi Terkini di Marawi
Pemerintah juga telah menerima permintaan dari 16 WNI tersebut untuk dievakuasi. Namun hingga sekarang pemerintah belum bisa bergerak untuk mengevaluasi 16 WNI tersebut, sebab operasi militer atau pertempuran masih berlangsung.
"Sehingga tidak mungkin ada pergerakan apapun," ungkap dia.
Dia menambahkan, otoritas Filipina telah mengetahui keberadaan 16 WNI tersebut. Mereka kini bersembunyi dan mengamankan diri di sebuah Mesjid di sana.
"Mereka menurut informasi dari otoritas setempat mereka dalam kondisi baik, dan KJRI yang ada di Davao City sudah melakukan kontak dengan kelompok yang 10, maupun dengan yang enam. Mereka di sana (acara) Tabligh, kami hanya dapat menyampaikan apa yang kami ketahui sampai saat ini," tutur dia.
Baca Juga: Kisah Warga Muslim Marawi Selamatkan 39 Umat Kristen saat Perang