Suara.com - Asa Firda Inayah (18) namanya sohor sekarang. Dia menjadi perbincangan publik karena tulisan-tulisannya di Facebook yang mengena, lalu mengundang pro dan kontra.
Hari ini, Senin (29/5/2017), siswa SMA Negeri 1 Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur, yang punya nama pena Afi Nihaya Faradisa itu memenuhi undangan menghadiri acara talkshow bertema Kebangsaan yang diselenggarakan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Dalam talkshow yang dipandu Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM Abdul Gaffar Karim, Afi menceritakan latar belakangnya. Dia lahir dan besar di keluarga yang sederhana di pelosok selatan Banyuwangi.
Afi mengatakan kemampuannya mengekspresikan pikiran lewat tulisan tidak muncul begitu saja. Semua berawal dari kegemaran membaca dan menulis yang dimulai dari bangku sekolah dasar.
Baca Juga: Rizieq Belum Mau Pulang, Pengacara Siap Gugat Polisi
“Dari SD saya sudah suka baca, saya biasa menghabiskan waktu di perpustakaan. Saya menulis buku diary dari SD sekarang lebih dari 500 lembar, itu karena latihan. Dalam seminggu saya bisa menghabiskan tiga buku untuk saya baca,” ujar Afi.
Dari kecil, dia sudah terbiasa mempelajari kitab kuning dan mengaji di pondok pesantren. Pondok pesantren tempat belajar Afi terletak di jarak satu kilometer dari rumahnya.
Pernyataan Afi ini sekaligus mematahkan pendapat haters yang menyebut Afi hanya belajar mengaji dari ustadz Google (search engine).
Afi mengatakan setiap tulisan yang dibuat dia tidak membela atau menyudutkan agama tertentu.
“Saya menulis secara universal, karena kalau saya pakai dalil agama, maka agama lain juga bisa pakai dalil agama lain. Saya dari kecil sudah baca kitab kuning,” kata Afi.
Baca Juga: Rizieq Jadi Tersangka, GNPF MUI Bicara Usai Buka Puasa
Ide tulisan Afi juga tumbuh melalui observasi yang dilakukan di lingkungan.
“Yang saya tulis gabungan dari buku, internet dan paling banyak pengamatan dari lingkungan sekitar. Saya bukan cuman pelaku tapi juga pengamat,’ ujar Afi.
Bagi Afi menulis merupakan cara yang bisa dilakukannya untuk memperbaiki kondisi Indonesia saat ini yang semakin luntur akan rasa kebangsaan dan semakin besar rasa benci antar sesama. Sebab tulisan adalah hal paling fundamental karena dapat langsung sampai pada genggaman setiap individu yang membacanya.
Afi sadar dengan resiko yang bakal diterima dari pembaca tulisan-tulisan yang dia unggah ke Facebook. Dia sadar tentu banyak perspektif dalam memahami sesuatu.
Itu sebabnya, ketika dia direspon negatif oleh sebagian pembaca, tetap tenang menghadapi.
“Kalau sedih saya sedih, tapi saya menerima konsekuensi dari setiap tulisan saya. Saya mengapresiasi karena ada yang memberikan feed back, berarti tujuan saya tercapai, kita tidak harus berpikir sama, tapi marilah kita sama – sama untuk berpikir,” kata Afi.
Salah satu inspirasi Afi adalah buku the magic of thinking big. Dia mengatakan jarang membalas komentar netizen di Facebook.
Seringkali dia membuka Facebook hanya untuk mem-posting tulisan. Sambil bercanda, Afi mengatakan bahwa hal itu dilakukan lantaran keterbatasan kuota internet.
Afi mengaku pernah mendapat teror berupa pembunuhan gara-gara tulisan.
“Pernah ada yang telepon jam tiga pagi bilang mau bunuh saya, tapi kan saya pikir membunuh tidak semudah itu,” ujar Afi yang kini mendapatkan tawaran beasiswa kuliah.
Tapi, dia tetap kuat berkat dukungan keluarga. Dulu, orangtua sempat membatasi aktivitasnya berselancar di dunia maya. Namun setelah mengetahui tentang postingan – postingan Afi, kini keluarganya justru memberi dukungan penuh.
Afi mengaku ingin sekali bertemu Presiden Joko Widodo dan menceritakan bagaimana rahasianya tetap tenang menghadapi persoalan. Afi mengatakan selama ini kerap kali meditasi dan melakukan perenungan.
Sebelum acara talkshow berakhir dia menigngatkan pentingnya membuka buku sejarah SD. Di dalamnya mengajarkan bagaimana sejarah Negara Indonesia, dimana Islam bukanlah agama yang pertama di Indonesia. Hal ini dilakukan agar tercipta kembali perdamaian dan persatuan di Indonesia.
Bagaimana kehidupan pribadi Afi yang kini dikagumi banyak tokoh nasional?
Dia tetap seorang remaja yang punya idola. Afi mengaku penggemar Taylor Swift .
Dia punya cita-cita menjadi penulis, psikolog, atau terapis.
Sedihnya, pada bulan Februari 2017 lalu, dia putus dengan pacar gara-gara perbedaan pandangan politik dan agama. (Wita Ayodhyaputri)