Inilah Makna Kebhinnekaan Bagi Umat Budha

Adhitya Himawan Suara.Com
Sabtu, 27 Mei 2017 | 09:09 WIB
Inilah Makna Kebhinnekaan Bagi Umat Budha
Peringatan Hari Waisak di Riau. [Dok Panitia]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Dalam rangka waisak 2561 B E/2017 sebanyak 11 vihara di  kota dan kabupaten Sumatra Utara serta Riau mengadakan doa bersama Umat Buddha di Candi Sipamutung Kabupaten Padang Lawas Minggu (7/5/2017).
 
Ketua Panitia Acara, Kasim Wijaya menyebutkan ke 11 vihara penyelenggara adalah V.Avalokitesvara Padang Sidempuan. V.Avalokitesvara Sibolga , V.Avalokitesvara Kotapinang, V.Buddha Dhamma Baganbatu,V. Buddhasasana Cikampak, V.Buddha Jayanti Rantau Prapat, V.Jetavana Aek Kanopan, V.Swarna Dwipa Rahuning,V. Buddhayana Aek Nabaraan,V.Tri Ratna Tanjung Balai dan MBI Kisaran.
 
Adapun tema yang disusung untuk tahun ini yakni, "Memahami KeBhinnekaan dalam Kebersamaan".  Melalui tema ini Kasim ingin menyadarkan umat bagaimana seharusnya menjalani kehidupan yang damai dan bersatu ditengah perbedaan. 
 
 
“Dengan diselenggarakan kegiatan Waisak bersama ini kita berharap agar dapat menyatukan seluruh umat beragama dengan memandang perbedaan sebagai sebuah kekayaan bukan perpecahan", ujar Kasim dalam keterangan resmi, Jumat (26/5/2017).
 
Lebih lanjut, Kasim menjelaskan makna serta tujuan dari diselenggarakannya kegiatan ini.
 
“Yang pertama, untuk memperingati 3 peristiwa besar dalam kehidupan Buddha Sakyamuni yaitu Kelahiran,Penerangan Sempurna menjadi Buddha dan Parinibanna( wafatnya Buddha),” ungkap Kasim. 
 
Kemudian, lewat kegiatan ini Kasim berkeyakinan tali silahturahmi dan persaudaran antar umat Budhhist di Sumatera akan semakin erat.
 
“Menghadapi berbagai polemik yang terjadi ditengah masyarakat kita perlu menggalang kekuatan agar tidak mudah terprovokasi dan dipecah belah. Untuk itu kegiatan ini sekaligus menjadi ajang silaturami antar umat buddhist di Sumatra Utara dan Riau khususnya, serta seluruh Sumatera dan Jawa umumnya,” terang Kasim. 
 
Ketiga, Kasim menyatakan ingin memperkenalkan masyarakat luas baik di Indonesia maupun internasional mengenai keberadaan  Candi Sipamutung yg merupakan peninggalan sejarah kerajaan Buddhis masa lampau.
 
Selanjutnya, perayaan ini sekaligus menjadi momentum memperingati hari jadi Bhikkhu Jinadhammo Mahathera  yang ke 47. Bhikkhu Jinadhammo Mahathera  sendiri dikenal sebagai salah satu tokoh agama yang menjadi panutan umat Buddha. 
 
“Kemudian, sesuai dengan amanat dari Bhikkhu Jinadhammo Mahathera  kita ingin memperkenalkan, melestarikan, dan mempromosikan situs- situs agama Budha khususnya di Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara yang merupakan warisan bersejarah yang patut kita banggakan,” jelasnya.
 
Dalam kesempatan tersebut Kasim juga mengimbau kepada masyarakat untuk sama- sama menjaga situs- situs bersejarah  di Indonesia. Khususnya Candi Sipamutung yang merupakan peninggalan sejarah kerajaan Buddhis masa lampau.  
 
“Candi- candi ini harus dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata yang didukung tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh umat Buddha di Sumatera Utara khususnya,”imbau Kasim. 
 
Menurut cerita Kasim, beberapa kalangan menyebut Candi Sipamutung ini sebagai satu- satunya Candi termegah diantara Candi lain yang terdapat di Kabupaten Padang Lawas dan Padang Lawas Utara, karena bentuk dan ukurannya.   
 
Sebagai informasi, Candi Sipamutung terdiri dari sebuah biara induk yang menghadap ke timur dengan denah bujur sangkar berukuran 11x 11 meter,  dan tinggi 13 meter terdiri dari bagian kaki, badan, dan atap. ;Sedangkan, di kedua sisinya terdapat 6 biara yang lebih kecil. Pada bagian bawahnya tersusun 16 buah stupa  yang lebih kecil.  Kompleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter dengan pintu masuk sejenis gapura.
 
Dalam kesempatan yang sama Ketua I  Panitia  David Siong Tjuanda, membagi acara menjadi 4 sesi yakni Ritual San Pu Yi Pai ( Tiga Langkah Satu Namaskhara/ sujud), Ritual Puja Bhakti, Prakdasina ( dengan mengelilingi Candi Sipamutung ) dan Dhammadesana, Perayaan 47 tahun Upasampada YM.Bhikku Jinadhammo Mahathera dengan pemotongan Nasi Tumpeng Berbentuk candi Sipamutung, dan penanaman Pohon Bodhi di sekitar wilayah candi.
 
David bersyukur kegiatan ini berjalan sukses atas kerjasama yang baik dari seluruh panitia serta dukungan dari Muspida plus. Dirinya berharap, kegiatan ini tidak hanya membawa manfaat bagi umat Buddhis tetapi juga bagi seluruh masyarakat yang tinggal disekitar Candi. 
 
“Semoga acara Dhammasanti Waisak ini bermanfaat untuk Umat Buddhis khususnya dan masyarakat sekitar Candi umumnya, agar Candi ini dapat dikenal dan menarik wisatawan dalam dan luar negeri sehingga masyarakat sekitar candi dapat lebih sejahtera dari sektor pariwisata,” pungkas David.     
 
Menurut pantauan media, acara ini dihadiri oleh ribuan umat Buddha dari Sumatra Utara dan Riau ,serta dihadiri puluhan Bhikkhu dan Bhikkhuni baik dari Sangha Agung Indonesia( SAGIN) maupun dari Luar Negeri.  Adapun Sangha yg hadir dalam kegiatan ini antaralain, 
 
Sangha Theravada :  YM Bhikkhu Jinadhammo Mahathera, YM Bhikkhu Khemacaro Mahathera, YM Choukun Thepsidhimoli,  YM Bhikkhu Bhuripanno Thera, YM Bhikkhu Bhuripanno Thera, YM Bhikkhu Bhuripanno Thera, YM Bhikkhu Thitavamso, YM Bhikkhu Uttamacitto, YM Bhikkhu Thanisaro, YM Bhikkhu Abhivaro, YM Bhikkhu Ratanapanno, YM Bhikkhu Dhammajoto, YM Bhikkhu Viryadhammo
 
Sangha Mahayana : YM Bhiksu Nyanapratama Mahasthavira, YM Bhiksu Bhadra Sagara, YM Bhiksuni Virya Jaya Mahasthavira, YM Bhiksuni Bhadrasudhiyanti Sthavira, YM Bhiksuni Bhadramulani Sthavira, YM Bhiksuni Sheng Cong, YM Bhiksuni Te Hui, YM Bhiksuni Xian Li, YM Bhiksuni Gu Xiang, YM Bhiksuni Thian Li, YM Bhiksuni Satyamaitri, YL Samaneri Xue Ti, YL Samaneri Neng Wen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI