Suara.com - Pengamat Kebijakan Publik Bidang Sosial Masyarakat dari Universitas Indonesia Sri Handiman Supyansuri menegaskan bahwa langkah introspeksi religiusitas diri diyakini mampu menghindari perilaku radikalis masyarakat.
“Kami menilai dengan melakukan introspeksi religiusitas diri, maka tindakan bom bunuh diri yang kemarin terjadi di Kampung Melayu Jakarta, bisa dihindari,” ujar dia dalam pernyataan tertulis yang diterima Suara.com, Kamis (25/5/2017).
Menurut dia saat ini semakin banyak masyarakat yang sulit melakukan introspeksi terhadap religiusitas dirinya. Akibatnya, semakin banyak pula masyarakat yang rela dan berani terlibat dalam gerakan-gerakan radikal di Indonesia. Padahal, saat ini seluruh umat Muslim di seluruh dunia tengah mempersiapkan diri untuk menjalankan ibadah puasa.
“Tapi justru anak muda pelaku bom bunuh diri itu, kok mau bertindak nekad seperti itu? Jadi sangat penting untuk melakukan introspeksi religiusitas diri,” imbuh Handiman.
Motivasi Religiusitas
Senada dengan itu, peneliti etika dari President University yang kini menempuh studi doktor di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Supeni Mapuasari, mengatakan menjelang Bulan Suci Ramadan tahun ini, sangat penting bagi masyarakat untuk melakukan instropeksi religiusitas diri. Pasalnya, frekuensi seseorang beribadah, belum tentu mencerminkan religiusitas yang ada di dalam hatinya.
“Ini waktu yang tepat untuk menjalankan puasa sembari mengintrospeksi religiusitas diri. Di hari baik, bulan baik tahun ini,” kata Supeni.
Ia menjelaskan bahwa dilihat dari unsur motivasi, terdapat dua tipe religiusitas, yaitu eksternal dan internal. Dan setiap orang memiliki kadar religiusitas eksternal dan internal-nya masing-masing.
Individu dengan kecenderungan religiusitas intrinsik dominan, jelas dia, senantiasa menghidupkan agamanya dengan pemaknaan hubungan antara dirinya dan Sang Pencipta.
“Motivasi individu ini dalam beribadah adalah mencari ridha Sang Pencipta, sehingga, dia akan lebih terhindar dari sikap riya,“ kata Supeni.
Sebaliknya, individu yang memiliki kecenderungan religiusitas ekstrinsik dominan menjalankan ibadah agamanya karena didorong oleh motivasi sosial.