Kisah Muslim Jadi 'Pahlawan' saat Ledakan Bom Manchester

Reza Gunadha Suara.Com
Rabu, 24 Mei 2017 | 12:04 WIB
Kisah Muslim Jadi 'Pahlawan' saat Ledakan Bom Manchester
Polisi berjaga-jaga di sekitar Manchester Arena, tempat Ariana Grande menggelar konser setelah terjadi ledakan yang menewaskan 19 orang, Selasa (23/5/2017) [AFP]. Insert: Saf Ismail (CBS News]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - ISIS, gerombolan teroris yang mengakui sebagai ‘Tentara Tuhan’, mengklaim bertanggungjawab atas aksi ‘pengantin bom bunuh diri’ Salman Abedi di arena konser penyanyi Ariana Grande, Manchester Arena, Inggris, Senin (22/5/2017). Meski begitu, perbedaan agama tak selalu berakhir tragis.

“Ayo cepat, ayo, masukkan ke dalam sini. Aku akan membawa anak-anak ini. Ayo cepat, masukkan semuatnya,” tutur Ismail yang berada di belakang kemudi, pada malam tragedi itu.

Setelah kursi penumpang taksinya sudah dipenuhi korban, ia lantas memacu kencang kereta besinya tersebut menuju rumah sakit terdekat.

Saf Ismail, nama lengkap lelaki itu, adalah sopir taksi yang berada di dekat lokasi pada malam nahas tersebut.

Baca Juga: Tingkatkan Ekonomi, Digagas Koperasi Batik di Polowijen

Ismail yang diwawancarai CBS News sehari sesudah peristiwa itu mengatakan, tadinya ia mengetem di sekitar Manchester Arena dengan harapan mendapat banyak penumpang dari penonton konser.

“Tapi, ketika melihat banyak gadis-gadis belia berhamburan keluar stadion, suasana kacau, aku kaget. Banyak yang berdarah-darah, aku tak tega. Aku langsung mengatakan kepada mereka untuk masuk ke taksi agar bisa diantar ke rumah sakit,” tutur Ismail, Rabu (24/5/2017).

Ismail mengisahkan kisah pilu yang ia saksikan malam itu. Orang-orang yang mayoritas gadis berusia sekitar 15 tahunan, berhamburan keluar sembari berteriak histeris.

Ada pula gadis yang terluka, tertatih keluar arena. Ismail lantas teringat putrinya di rumah, yang seusia dengan para penonton konser tersebut.

“Ya Allah, mereka seperti putriku. Anakku  sebenarnya ingin ke konser itu, tapi beberapa bulan lalu memutuskan batal karena ada ujian. Karena mengingat putriku lah, aku menolong mereka,” tuturnya.

Baca Juga: IIPG Prihatin Penderita Kanker Serviks di Indonesia Sangat Tinggi

“Kalian tahu, para gadis itu sangat emosional. Perasaan kalian akan terguncang jika melihat peristiwa itu secara langsung. Aku seperti melihat putriku tersayang di antara mereka,” tambahnya.

Ismail adalah seorang Muslim warga Manchester keturunan Pakistan. Ia sejak kecil berada di kota tersebut.

Melalui peristiwa itu, Ismail mengakui perbedaan ras dan agama tak bisa menjadi alasan melakukan tindakan keji.

”Aku melihat semua orang berupaya membantu korban. Muslim, Kristen, Pakistani seperti saya, atau asli Inggris, semua tak memedulikan perbedaan itu. Kami dipersatukan oleh rasa kemanusiaan, begitulah warga Manchester,” tukasnya.

Pejabat kepolisian setempat, Mayor Andy Burnham mengakui peran Ismail dan sopir-sopir taksi lainnya dalam upaya menyelamatkan korban luka peristiwa tersebut.

“Ismail dan rekan-rekannya membukakan pintu bagi para korban, untuk dibawa ke rumah sakit. Mereka juga membukakan pintu taksi untuk para korban untuk menjauhi lokasi. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali mereka melakukan itu,” tutur Andy, bangga.

Ia mengatakan, perbuatan Ismail adalah bukti warga Manchester tak bisa dipecah belah oleh teroris yang mengatasnamakan agama tertentu.

“Melalui Ismail, warga Manchester belajar bahwa Islam tak selalu identik dengan teroris. Aksi pemboman itu adalah aksi gerombolan teroris yang mengatasnamakan Islam. Ismail tak hanya membukakan pintu taksinya, tapi membukakan hati kita semua untuk tetap bersatu,” tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI