Seorang tuna wisma yang meminta-minta di dekat Manchester Arena, lokasi terjadinya serangan bom bunuh diri di Inggris, dianggap sebagai pahlawan lantaran melindungi seorang perempuan yang sekarat.
Chris Parker, 33, sedang meminta-minta di lokasi saat terduga pelaku bom bunuh diri, Salman Abedi, melancarkan aksinya Senin (22/5/2017) malam waktu setempat. Aksinya menewaskan 22 orang dan melukai 59 lainnya.
Di tengah kekacauan, saat orang-orang berhamburan keluar dari lokasi konser Ariana Grande, Parker bergegas mencari korban yang bisa ia selamatkan.
Seorang lain bernama Stephen Jones, 35, yang juga tuna wisma, juga mencari korban yang bisa diselamatkan. Kabarnya, masyarakat setempat menggalang dana untuk diberikan atas keberanian para tuna wisma ini.
“Saya dengar ledakan dan dalam sepersekian detik saya melihat kilatan putih, dan asap, kemudian saya dengar teriakan,” kenang Parker sambil berderai air mata.
“Ledakan itu menghempaskan saya ke lantai dan saya bangkit, alih-alih lari, naluri saya mendorong saya untuk kembali dan mencoba memberikan pertolongan,” katanya kepada kantor berita Press Association.
“Ada orang berbaring di mana-mana. Saya melihat seorang gadis kecil… ia tidak memiliki kaki. Saya membalutnya dengan kaos merchandise dan bertanya, ‘di mana ayah dan ibu?’ Ia menjawab, ‘ayah saya bekerja, ibu saya di atas saya’,” kisahnya.
Saya tak bisa berhenti menangis
Parker, yang sudah menjadi tuna wisma di Manchester selama sekitar satu tahun, secara rutin datang ke Manchester Arena untuk meminta-minta.
Ia mengaku menenangkan seorang perempuan yang sekarat usai insiden itu.
“Ia meninggal dunia di tangan saya. Ia berusia 60 tahun dan ia mengatakan datang bersama keluarganya,” kata Parker.
“Saya tidak bisa berhenti menangis,” katanya.
“Bagian paling menegangkan adalah bahwa ini adalah konser yang dihadiri banyak anak-anak,” sambungnya.
“Ada baut-baut di seluruh lantai. Ada orang-orang yang terluka di bagian punggungnya
Kami perlu membalas kebaikan mereka
Sementara itu, Jones, yang sebelumnya bekerja sebagai tukang batu, dan sudah menjadi tuna wisma selama setahun, mengenang bagaimana ia mengusap darah dari mata seorang anak.
“Banyak sekali anak-anak yang bersimbah darah, menangis dan berteriak,” kata Jones kepada ITV.
“Kami harus menarik paku-paku dari lengan mereka, juga beberapa paku dari wajah anak perempuan ini,” kenangnya.
Jones mengatakan, ia bertindak secara naluriah untuk membantu korban.
“Jika saya tidak membantu, saya mungkin tidak bisa melanjutkan hidup karena meninggalkan anak-anak dalam kondisi seperti itu,” katanya.
Sebuah penggalangan dana online untuk Jones telah mencapai angka 10.000 Poundsterling atau setara Rp172 juta.
“Meski saya tuna wisma, bukan berarti saya tidak punya hati,” katanya.
“Ada banyak orang baik di Manchester yang membantu kami dan kami merasa perlu membalas kebaikan mereka,” pungkasnya. (AFP)