Suara.com - Sedikitnya 22 orang tewas serta 59 luka-luka dalam peristiwa teror di konser penyanyi Amerika Serikat Ariana Grande di Manchester Arena, Kota Manchester, Inggris, Senin (2/5/2017) malam waktu setempat. Sebelumnya, diberitakan korban tewas hanya 19 orang.
Di antara korban tewas merupakan anak-anak dan remaja. Serangan tersebut merupakan yang paling mematikan dalam sejarah Inggris dalam kurun waktu 12 tahun terakhir.
"Leher saya terasa panas, sata saya melihat sekeliling tubuh berserakan di mana-mana," kata Semino, salah seorang penonton seperti dikutip laman The Guardian.
"Ledakan bom yang sangat dahsyat membuat panik semua orang, kami semua berusaha untuk meninggalkan lokasi konser," lanjutnya.
Baca Juga: Manchester Arena, Lokasi Teror Konser Ariana Grande
Sirene ambulan meraung di lokasi konser, sementara ratusan orangtua panik berusaha mencari anak dan anggota keluarga mereka. Warga yang tinggal di lokasi pun sukarela membuka pintu rumah mereka untuk dijadikan tempat merawat korban luka.
Perdana Menteri Inggris Theressa May mengutuk aksi tersebut, dan terpaksa membatalkan jadwal kampanye pemilihan umum 8 Juni mendatang.
"Kami turut berduka bagi keluarga dan korban," kata Theressa May seperti dikutip laman AFP.
Sebelumnya, Ariana Grande menyampaikan bela sungkawa lewat akun medsos Twitternya.
"Sedih. Dari lubuk hati yang paling dalam saya meminta maaf. Saya tidak bisa berkata-kata," tulisnya beberapa jam lalu.
Baca Juga: ISIS Klaim Teror di Konser Ariana Grande