Setelah muncul gugatan, banyak pihak yang menawarkan alternatif hari lahir organisasi lain sebagai ganti untuk diperingati sebagai Harkitnas Indonesia.
Sastrawan terbesar Indonesia Pramoedya Ananta Toer, misalnya, menilai kebangkitan nasional Indonesia sebenarnya sudah terjadi ketika Raden Mas Tirto Adi Suryo (TAS) membangun Sarekat Prijaji tahun 1906—dua tahun sebelum BU.
Bahkan, tahun 1956 silam, terdapat upaya aktif untuk mempromosikan Syarikat Dagang Islamiyah—cikal bakal Sarekat Islam (SI)—sebagai tonggak kebangkitan nasional. Itu seperti yang diajukan oleh penulis Tamar Djaya.
Menurut Tamar, SDI lebih layak dijadikan tonggak harkitnas karena sudah didirikan oleh Samanhoedi pada 16 Oktober 1905. Namun, sejarawan membantah klaim Tamar tersebut karena ada dokumen yang menyebut SDI didirikan oleh Raden TAS 5 April 1909.
Baca Juga: Puasa Bisa Mencegah Pikun
Jika berpatokan pada persoalan tahun berdiri, memang terdapat banyak organisasi serupa BU yang bisa dianggap sebagai tonggak harkitnas. Misalnya, Tiong Hwa Hwee Koan (1901) yang membangun sekolah-sekolah bagi warga etnis Tionghoa. Sementara tahun 1905, lahir organisasi para keturunan Arab di Indonesia bernama Jamiat Khair.
Sementara dari segi nama dan tujuan organisasi, BU juga digugat karena tak memakai nama Indonesia. Sebab, setidaknya sejak sebelum 28 Oktober 1928 (sumpah pemuda), terdapat tiga organisasi yang berani memakai nama Indonesia sebagai bentuk perlawanan.
Partai Komunis Indonesia (PKI), pada kongres di Jakarta Juni 1924, meresmikan pergantian nama mereka dari Perserikatan Komunis Hindia Belanda menjadi PKI agar beridentitas sesuai platformnya: Indonesia merdeka. PKI adalah organisasi pertama yang memakai nama Indonesia.
PKI sejak awal didirikan tercatat sebagai organisasi yang bertujuan mendapat kemerdekaan bagi Indonesia. Bahkan, tahun 1926-1927, PKI tercatat sebagai organisasi modern pertama yang berani memberontak melakukan perjuangan besenjata melawan kolonial Belanda.
Setahun sesudahnya, 1925, Sutan Sjahrir, Muhammad Hatta dk di negeri Belanda bersepakat mengubah nama organisasi mereka dari Indische Vereniging menjadi Perhimpunan Indonesia.
Baca Juga: Mereka Tebarkan 'Virus' Hidup Sehat Lewat Senam Aerobik
Sementara dua tahun kemudian, giliran Soekarno yang berani mendirikan organisasi politik Partai Nasional Indonesia (PNI).