Eks Pejabat AS Nangis Akui Kirim SMS Seks ke Remaja Putri

Tomi Tresnady Suara.Com
Sabtu, 20 Mei 2017 | 06:46 WIB
Eks Pejabat AS Nangis Akui Kirim SMS Seks ke Remaja Putri
Anthoni Weiner. [Wikipedia]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bekas anggota Kongres Amerika Serikat Anthony Weiner menangis di pengadilan federal, Jumat, saat ia menyatakan bersalah telah mengirimkan pesan-pesan singkat (SMS) cabul kepada seorang remaja putri.

Atas dakwaan bahwa ia mengirimkan pesan cabul kepada seseorang di bawah umur, Weiner diancam hukuman penjara maksimal 10 tahun, tapi hukuman yang akan diterimanya tampaknya akan kurang dari itu.

Pengakuan Weiner itu mengakhiri penyelidikan soal skandal 'SMS seks', yang mempengaruhi pemilihan presiden AS tahun lalu.

Dengan mengenakan pakaian berwarna biru laut, dasi merah tua serta cincin kawin, Weiner (52 tahun) dalam keadaan menangis berbicara mengenai perilakunya di hadapan Hakim Distrik AS Loretta Preska di Kota New York.

Baca Juga: Pakai Gaun Provokatif di Cannes, Menteri Israel Tuai Kecaman

"Saya punya penyakit, tapi tidak ada alasan bagi saya," kata Weiner. Ia meminta maaf kepada remaja putri berusia 15 tahun yang ia kirimi gambar-gambar dan pesan-pesan bermuatan seks tahun lalu.

Sebagai bagian dari kesepakatan pengakuan, kejaksaan federal mengatakan pihaknya akan mempertimbangkan hukuman antara 21 bulan hingga 27 bulan sebagai masa yang "adil dan pantas." Hakim Distrik AS Denise Cote akan memutuskan hukuman bagi Weiner pada 8 September.

Karir politik bekas anggota kongres asal Partai Demokrat itu buyar setelah terungkapnya serangkaian skandal berupa percakapan seksual yang tak pantas oleh Weiner dengan sejumlah perempuan melalui internet.

Penyelidikan terhadap percakapannya dengan remaja putri tersebut juga mempengaruhi hari-hari terakhir kampanye presiden AS pada 2016.

Agen-agen federal, yang menyita komputer jinjing milik Weiner, menemukan ada sejumlah surat elektronik yang berasal dari istri Weiner, Huma Abedin. Huma adalah seorang pembantu senior Hillary Clinton, yang pada 2016 merupakan kandidat presiden dari Partai Demokrat.

Baca Juga: Sandiaga Uno Lepas Peserta Lomba Mulung Sungai Ciliwung di Bogor

Sebagai akibatnya, direktur Biro Investigasi Federal (FBI) saat itu, James Comey, mengumumkan pada Oktober bahwa badan yang dipimpinnya melakukan pemeriksaan terhadap pesan-pesan tersebut untuk menentukan apakah penyelidikan terhadap penangangan surat-menyurat resmi kubu Clinton akan dibuka kembali.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI