"Sayangnya, ‘cerita’ tentang Islam melawan non-Islam ini begitu kuatnya, sehingga begitu efektif," tukasnya.
Ia menilai, pola isu politik seperti itu sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. Produksi ’cerita-cerita’ yang memolarisasi masyarakat tersebut sudah terjadi sejak era Orde Baru.
Karenanya, Ariel mengatakan pemain politik utama di Indonesia kekinian kebanyakan masih merupakan kelanjutan dari rezim Orba.
"Dahulu mereka menggunakan militerisme dan pembangunan, namun sekarang mereka mempergunakan Islam," tutur Ariel yang juga mendapat predikat Herb Feith Professor for the Study of Indonesia pada Monash University ini.
Baca Juga: Vedi Hadiz: Islam Radikal Bukan Pemenang Pilkada Jakarta